Pernahkah terbayang oleh kita yang di lahirkan dengan wajah sempurna, mempunyai kelainan sumbing di bibir??? bagaimana perasaan kita dihina dan dilecehkan, disingkirkan dari pergaulan??? Biasanya orang yang mengalami kelainan sumbing di bibir ini merasa minder, mereka tidak berani sekolah, tidak bergaul, keadaan cacat di tubuhnya menjadi lebih complicated akibat perlakuan lingkungan sekitarnya.
Bibir sumbing adalah cacat bawaan lahir. Proses terjadinya bibir sumbing dimulai pada tujuh minggu setelah pembuahan. Pada minggu kelima hingga kedua belas mulai terjadi pembentukan mulut dan langit-langit mulut. Pada kurun waktu ini bisa jadi janin kekurangan zat besi atau mengalami radiasi tertentu yang menyebabkan pembelahan sel (sel di bibir) tidak sempurna. Oleh karena itu pada saat kelahiran, bayi mengalami bibir sumbing.
Tak kurang dari 15 warga kurang mampu mengikuti operasi bibir sumbing dan langit-langit gratis, sejak Kamis-Jumat 24-25 November 2011 (Tahap 1) di RS. Dharma Nugraha Rawamangun, Jl. Balai Pustaka Raya no.19 Rawamangun Jakarta.
Kegiatan ini digagas oleh Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Mandiri-Electronic Channel Operation Group (ECO Group) bekerjasama dengan Yayasan Hayandra.
Pada hari Jumat 25 November lalu saya dan seorang rekan mewakili kantor berkunjung ke RS. Dharma Nugraha Rawamangun Jakarta. Saat saya tiba di lokasi, masih terdapat 4 pasien operasi bibir sumbing, tiga di antaranya sudah selesai di operasi dan satu pasien masih menunggu.
Saat berkujung dengan salah satu orang tua pasien bibir sumbing, beliau menceritakan bahwa Syasa (nama pasien bibir sumbing) 6 bulan yang lalu sudah pernah operasi bibir sumbing, seharusnya operasi yang dilakukan saat ini adalah operasi langit-langit mulut. Tetapi beberapa bulan yang lalu Syasa mengalami susah buang air besar, saat Syasa ngeden atau mengejan (memaksa) jahitan di bibir tersebut sobek kembali.
Terenyuh dan sedih, perasaan itu yang muncul saat saya menemui pasien operasi bibir sumbing. Air mata pun tak kuasa saya tahan dan mengucur deras, sebagai seorang ibu dua anak tentu saja saya merasa sedih melihat anak kecil yang memiliki kelainan bibir sumbing.
Sangat beruntung sekali dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga, sebagai manusia jangan pernah berhenti untuk bersyukur atas nikmat yang diberikanNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H