Mohon tunggu...
Ekanya Adrian
Ekanya Adrian Mohon Tunggu... Wirausaha -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kenapa Anak Saya Ajak Umroh

5 Maret 2016   00:01 Diperbarui: 5 Maret 2016   00:36 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenapa masih kecil harus diajak?

Apa tidak repot ngajak anak-anak?

Wah, orangtua harus siap menghadapi ujian kesabaran...

Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang sempat terlontar saat saya selalu terusik pikiran untuk mengajak anak-anak umroh. Anak-anak kami usianya 12, 8, dan 6 tahun, masih SMP dan SD. Kenapa pikiran selalu terusik ya? Mungkin hanya Allah yang tahu karena secara duniawi lebih seru ngajak anak ke Disney Land daripada berpayah-payah ke Tanah Suci. Tapi mungkin ini bukan hasil logika biasa, itung-itungan materi jadi nomor dua. Rencana ingin ganti mobil biarlah ditunda, rasanya ada yang lebih urgent dari itu. Mungkin ini jalan dari Allah. Kalau soal materi, saya percaya rejeki akan langsung dikirim dari Allah asalkan untuk ke Tanah Suci. Jadi seperti kita tidak mengeluarkan biaya apa-apa (pikiran positif saya selalu). 😊

Pemikiran lainnya, tidak ada yang tau umur orang. Kalau saya menunda mengajak anak ke Mekkah, apakah di masa yang akan datang saya masih diberi umur, suami masih diberi umur, atau si anak sendiri masih diberi umur? Nah, kayaknya lebih cepat lebih baik, pikir saya waktu itu. Lagipula dengan keedanan jaman sekarang, saya lebih percaya menitipkan pada Allah saja supaya menjaga ahklak agar selalu soleh dan solehah.

Mendaftar untuk umroh sejak beberapa bulan lalu untuk memastikan seat pesawat di jadwal keberangkatan yang tidak mengganggu jadwal kerja, kuliah saya dan suami, serta jadwal sekolah anak-anak. Alhamdulillah kami berangkat berlima, orang tua dengan 3 anak kecil. Eh, ditambah staf saya di kantor 1 orang jadi berenam. Alhamdulillah... Cerita tentang staf saya bernama Dewi yang ikut umroh juga punya cerita unik sendiri (kapan-kapan diceritain kalau sempat).

Menjelang keberangkatan, ada hal yang tidak terduga, si bungsu panas tinggi berhari-hari. Dengan obat dokter dan obat tradisional panasnya tetap tidak turun. Di situlah ujian kesabaran dimulai. Saya pasrah dan larut dalam doa-doa di shalat istikharah pada malam menjelang keberangkatan. Jawaban hati atas shalat itu, saya harus yakin dan mantap membawa anak saya memenuhi panggilan-Nya ke Tanah Suci. Biarlah Allah yang Maha Pengatur yang menyelesaikan keraguan hati.

Saat perjalanan di pesawat pun badan anak saya masih panas tinggi dan sangat rewel. Perjalanan panjang 9-10 jam di pesawat yang seharusnya untuk istirahat, saya baktikan untuk menenangkan anak dan mengatasi demamnya. Ujian kesabaran yang masih harus dilalui, pikir saya sambil memikirkan Allah pasti akan menolong.

Akhirnya sampailah kami di Jeddah Arab Saudi, bandara utama tempat mendaratnya pesawat haji dan umroh. Sehabis dari Jeddah, kami tidak langsung melaksanakan umroh ke Mekkah, tapi menuju kota Madinah yang berjarak 6-7 jam dari Jeddah. Mekkah sendiri mungkin hanya sekitar 1 jam dari Jeddah, tapi jemaah Indonesia yang melakukan umroh langsung setelah mendarat biasanya melakukan niat dan miqot saat di pesawat udara saat terbang di atas kota Yalamlam. Rombongan kami rencananya melakukan miqot dan niat dari Bir Ali yang berada di sekitar Madinah.

Tiba di Madinah sekitar pukul 2 dini hari waktu setempat. Kami istirahat di kamar hotel sebentar setelah perjalanan yang begitu panjang. Saya pegang tubuh anak saya tidak demam sama sekali. Dia pun bisa tidur nyenyak. Pukul 4.30 dini hari, sebelum azan subuh, saya dan suami bersiap ke mesjid Nabawi untuk menunggu waktu azan subuh. Anak-anak yang sangat nyenyak tadinya ingin kami biarkan tidur dahulu. Tiba-tiba mereka terbangun karena merasakan persiapan orang tuanya dan ingin ikut ke mesjid. Masya Allah, alhamdulillah... Si bungsu yang beberapa jam sebelumnya masih rewel dan panas paling terlihat semangat dan kelihatan sangat segar.

Alhamdulillah, selama di Madinah yang cuacanya agak dingin, anak-anak tetap sehat. Cuma namanya anak-anak, badan mereka memang belum sekuat orang dewasa. Beberapa kali mereka kami tinggalkan di kamar hotel saat orang tuanya shalat ke mesjid. Yang pasti, walau di hotel mereka harus tetap shalat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun