Difabel bukan berarti tidak memiliki hak untuk bermimpi. Namun, banyak orang yang memiliki keterbatasan fisik tidak mendapatkan kesempatan untuk meraih cita-cita. Bahkan mereka kurang mendapatkan akses untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Alasan inilah yang membuat pemuda asal Madiun, Jawa Timur; Satrio Tegar Sadewo (25) membuat inisiasi bernama Percacita untuk memfasilitasi penyandang disabilitas dalam meraih mimpi dan mengembangkan potensi.
"Percacita berusaha keras mendorong para disabilitas untuk mendapatkan kesempatan yang sama," katanya saat ditemui di agenda Pelatihan Intensif bulanan di Percacita, Malang, Rabu (3/12).
Satrio membentuk Percacita, sebuah komunitas dan merek dengan misi sosial sejak pertengahan tahun 2019. Percacita berupaya untuk memberdayakan penyandang disabilitas supaya mendapatkan akses yang optimal terhadap pengembangan dan aktualisasi diri supaya lebih mandiri dan berani meraih mimpi.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, terdapat 12,51% penduduk Indonesia memiliki disabilitas. Di kota domisili Satrio, Malang, sebagian besar penyandang disabilitas adalah masyarakat kurang mampu. Bahkan 45,74% penyandang disabilitas tidak menyelesaikan gelar sekolah dasar mereka. Kondisi ini membuat mereka kesulitan mengakses pendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan.
Menurut Satrio, kepercayaan orang pada disabilitas minim atau bahkan salah. "Banyak masyarakat yang mengapresiasi difabel karena mereka difabel, bahkan ketika mereka tidak melakukan apapun. Jatuhnya malah jadi lebih ke kasihan. Kami ingin mengubah persepsi masyarakat untuk lebih menghargai mereka karena karya yang dimiliki, kemampuan yang dipunya, bukan karena disabilitasnya."
Semua produknya diproduksi oleh penyandang disabilitas. Mereka menggunakan berbagai macam teknik dalam menjahit dengan mengkombinasikan teknik menjahit dengan mesin maupun menjahit dengan tangan.
Satrio mengaku bahwa Percacita tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas, namun juga ikut menyelesaikan persoalan lingkungan. "Produk-produk Percacita menggunakan ornamen perca yang diambil dari limbah kain yang sulit terurai oleh lingkungan," jelasnya.Â
Kain perca menyumbang jumlah kedua tertinggi setelah sampah organik. Kain sintetis seperti poliester dan lycra membutuhkan ratusan tahun untuk terdegradasi. Sehingga solusinya adalah dengan memanfaatkan limbahnya untuk menjadi barang kerajinan yang bermanfaat. Dengan begitu, Percacita menyelesaikan dua persoalan sekaligus yaitu inklusivitas bagi disabilitas dan persoalan lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI