Terlintas sekelibat ingatan masa lalu ketika aku menyanyikan lagu ini Saat Kau Pergi milik BCL..
Malam itu malam dimana dirimu pergi ke Kota Y dan malam itu aku bersama teman2ku sedang “menikmati” indahnya sepanjang Jalan Ijen. Sepertinya kata “menikmati” ini tak seindah dibacanya, karena justru pada saat itu aku tak tenang..
Ku buka Stupid Phone ku, dan aku mulai membuka text message
Aku : #ketik: kamu nanti berangkat dianterin siapa?
Rep : sama bapakku, kamu masih d ijen?
Aku : iya masih, kamu mau aku bawain apa buat d bus? Kerak telor?
Rep : ga usah ka, aku udah bawa kok..
Aku : yg lainnya?
Rep : udah ga usah
Aku : nanti klo dah brgkat sms aku ya..
Rep : Oke, aku titip kunci ya..
Kaki ini melangkah namun pikiranku entah kemana, akhirnya aku bilang pada temanku, aku mau k kampus, mau nganterin dia.. aku tiba d kampus kira2 setengah jam sebelum dia datang. Di sana sudah ada temannya dan yg akan berangkat k kota itu.. aku pun lebih memilih untuk sendiri berada dibawah pohon samping fakultasku.. tiba2 d seberangku sebuah motor berhenti.
Dia.. dia datang dengan sebuah topi yang biasanya tidak pernah dia memakai topi, bersama sang ayah, aku melemparkan senyum baik k sang ayah maupun k Dia. Aku masih menunggu dia dibawah pohon, namun dia memanggilku.. pergilah aku k seberang dimana dia turun dari motor. Aku kaget, ternyata dia mencukur rambutnya.. hahaha rambutnya agak cepak, sangat culun, aku hanya bisa tertawa, maka dari itu dia memakai topinya..
Temannya pun menghampiri, berjabat tangan, dan saling sapa.. 1 jam kemudian ketika bus akan d berangkatkan..
Aku sedang duduk di motor menghadap samping, aku tersenyum ketika dia melihatku dan datang ke arahku lagi.. dalam hatiku berkata “pria ini dengan senyumnya akan menghampiriku, aku ingin terus melihat senyum itu..”
Dia : heh kenapa?
Aku : ga papa.. hehehe
Dia : Aku berangkat ya..
Aku : hmp.. *ga bisa berkata apa2
Tiba2 dia menggenggam kedua tanganku.. aku pun terkejut
Dia : kamu kenapa?
Aku : ga apa2 kok.. aku tadi punya firasat jelek, kamu “hati-hati yaa”.. *sebenarnya bukan kata “hati-hati yaa” yang ingin aku sampaikan.. tapi “bisa ga, ga usah jadi pergi?” namun siapalah aku baginya.. aku pun tak mengeluarkan kata2 itu, kata2 itu tersimpan sampai saat ini..
Dia : hushh.. InsyaAllah ga ada apa2, jangan berfikir yg ga2 yaa.. *masih dengan menggenggam tanganku
Aku : iya.. kamu hati2 yaa.. kalau ada apa2 hubungi aku.. *senyum paksa
Dia : iya.. yaudah aku berangkat ya.. kmu pulang sana, udah malem.. *melepas genggamannya
Aku : aku nunggu busmu jalan aja..
Dia : yaudah.. *dia pun melemparkan senyum.. senyum yg sampai saat ini ga akan pernah aku lupain.. senyum kepergiannya..
Kejadian singkat barusan pun dilihat oleh temanku dan temannya.. aku tak peduli.. aku tak peduli jika aku dan dia jd bahan bulian tmnnya besok atau setelah dia kembali.. yang penting sebelum dia berangkat, aku melihatnya..
Bus pun berangkat, dia melemparkan lagi senyum indahnya di jendela bus.. aku pun membalasnya.. semoga selamat sampai tujuan, ucap batinku..
Baru saat itu dia menatapku lama sambil memegang tanganku.. baru saat itu, pertama kalinya.. entah apa yang ada di pikirannya saat itu.. yg dia lakukan saat itu membuatku terus yakin akan perasaanku padanya.. “dan mungkin kali ini perasaanku terbalas” pikir hatiku..
...
...
Dan pada akhirnya bukan happy ending..
Mungkin cerita sad ending nya sudah aku ceritakan sebelumnya..
Tapi ada beberapa hal yang belum aku tahu hingga saat ini dan masih menjadi pertanyaan besar bagiku “mengapa dia melakukan hal itu? Apa perasaan dia yg sebenarnya saat itu? Candaan di ruang organisasi saat itu sambil memegang tanganku apa maksudnya? Mengapa kau memberikan harapan-harapan yang tak akan pernah kau wujudkan?”
Hingga pada saat ini hubungan kita tidak lain dikatakan sebagai “stranger”
Hhuuhhh.... menghela nafas pun sangat berat..
21022014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H