Mohon tunggu...
Eli Kamilah
Eli Kamilah Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

work at home and person who love writing

Selanjutnya

Tutup

Catatan

BBM yang Segera Terbang

23 Maret 2012   09:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:35 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap bulan memang tagihan listrik sudah siap menanti di meja untuk dibayarkan. tentunya dengan tagihan-tagihan lain yang menumpuk. namun setelah dua bulan ke belakang, rasanya  mata saya dibuat terbelalak tidak percaya. "Tagihannya gede amat"bisik hati. Padahal pemakaian listrik kami bisa dibilang biasa-biasa saja, perabotan pun tak banyak. dua bulan lalu dan bulan-bulan sebelumnya, kisaran tagihan listrik tidak sampai menembus 200 ribuan lebih. Tetapi bulan ini tagihan itu berangsur merangkak naik dari bulan sebelumnya. Ada apa ya? Sadar ataupun tidak kenyataannya TDL tak jadi naik. Bingung deh. Hmm.  Maklum rakyat kecil seperti kami bisa terkejut dengan tagihan sebesar itu.

Dari sana saya jadi berpikir, bagaimana nasib rakyat kecil, dengan penghasilan minim, yang pekerjaannya tak tetap dan mempunyai tanggungan banyak. Wah... bisa dibayangkan menanggapi isu kenaikan apapun pastilah sudah mumet duluan. Isu kenaikan tarif dasar listrik memang bukan hal baru, walaupun kenaikannya tidak dilakukan tahun ini, tetapi listrik menjadi kebutuhan primer setiap keluarga, jadi bisa dipastikan jika listrik naik, rakyat akan terbebani berkali-kali lipat, apalagi setelah rencana kenaikan BBM per 1 April 2012 yang akan menjadi pemicu utama kebutuhan dasar meroket jauh ke atas.

Alasan pemerintah menarik subsidi BBM dan menaikkannya adalah karena harga minyak dunia yang melambung tinggi. Pemerintah harus mengambil keputusan dengan alasan tersebut dan juga persaingan bisnis orang luar alias perusahaan asing di Indonesia. Data yang menunjukkan SPBU-SPBU asing yang mematok harga BBM sebesar 8500 dengan SPBU Pertamina yang mematok 4500an, tentu kalah bersaing. Tekanan yang ditimbulkan akibat kenaikan minyak dunia, peusahaan asing  dan tetap mempertahankan subsidi BBM, dikhawatirkan akan mengurangi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) alias defisit di tahun 2012.

Dulu ketika minyak dunia memanjat naik, BBM pun dinaikkan. Itu artinya rakyat lagi yang jadi korban. Seperti sekarang, korbannya, ya siapa lagi, rakyat kecil yang pertama pasti pedih merasakan himpitan hidup yang terus melonjak. Padahal kantong APBN terisi, bukankah  didapat dari pajak rakyat. Negaraku kaya, kok bisa ya? Jawabannya tentu KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME (KKN). Berakar, beranak dan mendarah daging, bahkan terstruktural dan menjadi warisan turun temurun. Berapa banyak uang rakyat yang disimpan dalam kantong pribadi para koruptor. Bertriliun-triliun ... cukup untuk menyekolahkan anak bangsa dengan sangat layak!

Kasus korupsi seperti borok yang keluar dari tubuh satu persatu, menghancurkan sistem , memiskinkan negara, menyengsarakan rakyat dan membobrokan moral. Para koruptor jangan hanya merenovasi rumah dan hartanya saja, seharusnya renovasi moral masing-masing. Lah wong udah kaya, masih az nyuri duit orang,,,heuheuh. Inilah "pengemis, penipu ulung dan pencuri kerah putih" yang bejat dan merusak!

ya semoga dan semoga orang-orang pintar yang "terpilih" disana, dikursi jutaan rupiah mampu dan terus memberantas tuntas KKN. Tidak hanya jadi berkas tetapi diselidiki, diadili dan diganjar sampai ke akar-akarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun