Merti dusun sering disebut juga dengan bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rejeki yang berlimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. Kegiatan semacam ini masih sangat umum ditemukan di perdesaan maupun perdusunan bagian dari ritus dan situs yang ada di Desa. Masyarakat jawa percaya ketika sedang dilanda duka dan musibah mendalam pun masih banyak hal yang pantas disyukuri. Ada beberapa cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Pencipta contohnya seperti dalam tradisi Merti Dusun di Dusun Nglarangan (Nglarangan, 1/1/2023).
Dusun Nglarangan merupakan salah satu Dusun yang terletak di Desa Soborejo Kabupaten Temanggung tepatnya di kaki gunung Sumowono, dusun yang mempunyai panorama alam yang indah dan asri, masyarakat Nglarangan juga mempunyai tradisi Merti Dusun yang sampai saat ini terus lestari. Sebagai bentuk upaya melestarikan kearifan lokal yang berbentuk adat tradisi, masyarakat Dusun setiap tahunnya melaksanakan kegiatan merti dusun. Merti dusun ini dilakukan masyarakat dengan cara bersih-bersih di lingkungan tempat tinggal. Selain itu, akan dilanjutkan dengan melakukan acara doa bersama di Masjid yang dilaksanakan setelah sholat dzuhur dengan membawa nasi tumpeng sebagai simbol ungkapan rasa syukur kepada sang pencipta. Setiap dusun mempunyai hari yang berbeda untuk melangsungkan upacara adat merti dusun tersebut. Acara Merti Dusun ini biasanya dilaksanakan pada bulan Jumadil Akhir pada hari Minggu Pahing.
Menurut Bapak Supandi selaku sesepuh mengatakan “Acara ini sudah menjadi tradisi yang dilaksanakan setiap tahunnya. Semoga Merti Dusun dilaksanakan secara terus menerus (lestari) sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara merawat dan menjaga. Selain itu, semangat gotong royong harus ditumbuhkan dan dilestarikan” ungkapnya.
Merti Dusun bagian dari perwujudan rasa syukur, upacara merti desa seringkali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur (nenek moyang), sehingga menghadirkan berbagai ritual simbolik terkait dengan tokoh dan riwayat yang diyakini menjadi cikal bakal keberadaanya sebagai pejuang dan babat alas Desa. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan, dan keselarasan hidup seluruh warga desa. Silaturahmi, kekeluargaan, guyup rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat mengambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti dusun yang ada di Dusun Nglarangan yang ada di Desa Soborejo Pringsurat.
Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai penerus bangsa yang sekarang sudah mulai mapan, untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepadanya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebudayaan kita sendiri, maka seiring perkembangan jaman tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Dusun. Kelak hanya akan menjadi bagian dari cerita/nama saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H