Mohon tunggu...
Ekamara Ananami Putra
Ekamara Ananami Putra Mohon Tunggu... Administrasi - Indonesian

Seorang Insan yang Cita-citanya Terlalu Tinggi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengaruh Besar Habib Rizieq Syihab Malam Itu...

9 April 2017   19:13 Diperbarui: 10 April 2017   04:30 6357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Dengan hati yang senang saya mengikuti tabligh akbar Front Pembela Islam (FPI) pada malam tanggal 7 April lalu, tabligh itu digelar dalam rangka Milad ke-17 DPC FPI Tanah Abang di perkampungan tempat Markas Besar FPI berdiri yaitu, di Jalan Petamburan III Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ada beberapa alasan kenapa saya terdorong untuk ikuti tabligh ini, pertama, saya penasaran dengan tabligh yang diadakan FPI. Kedua, yang namanya tabligh pasti ada amaliah dan kandungan ibadah di dalamnya jadi lumayan buat tambah pahala. Ketiga, saya ingin mendengar apa yang akan disampaikan Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab. Tulisan kecil ini kemudian hanya akan memuat apa yang saya lihat, alami dan rasakan saja selama di lokasi tabligh.

Saya baru tiba di lokasi hampir pukul 21, dari Jalan Aipda K.S. Tubun saya sudah bisa melihat pergerakan jamaah yang masuk ke Jalan Petamburan III. Sejak saya masuk di Petamburan III, tampak sepanjang jalan banyak sekali orang yang sambil berdiri maupun duduk sedang asyik berbincang satu sama lain. Tua atau muda, anak-anak dan ibu-ibu, laki-laki dan perempuan semuanya tumpah di jalan tersebut. Panggung utama tabligh berada di ujung jalan Petamburan III yang jaraknya sekitar 200 meter kalau kita masuk dari arah K.S. Tubun.

 Awalnya saya berpikir, pantas saja ramai karena Petamburan memang dikenal sebagai basis FPI sekaligus kampung asal Sang Imam Besar. Tetapi, setelah saya tiba di panggung utama saya cukup kaget karena melihat cukup banyak jamaah yang sudah duduk bersila di tempat yang sudah disediakan panitia. Saya yakin, sebagian besar dari jamaah yang hadir bukanlah anggota resmi dari FPI. Kalau bagi anggota FPI, kita sama-sama tahu bahwa sosok Habib ini sudah sangat dimuliakan yang kedatangannya saja perlu dilantunkan khusus dengan kalimat "Yaa Habibana Habib Rizieq Syihab".

Dari jalan sepanjang 200 meter sampai menuju lokasi utama, itu saya bisa menangkap dua hal dan yang menjadi poin saya dalam tulisan ini. Pertama, dengan adanya tabligh akbar tersebut membuka aktivitas perekonomian bagi warga sekitar. Hal ini dapat saya lihat bahwa di sepanjang Petamburan III banyak sekali orang yang mendirikan lapak jualan yang menjual mainan anak-anak, gorengan, makanan, minuman, rokok, suvenir dan atribut khas FPI, sampai pada yang berjalan keliling menjajakan minuman, makanan ringan, koran dan terpal bekas untuk alas duduk, serta foto dan poster Habib Rizieq yang ditawar ke jamaah bak sosok pahlawan. 

Aktivitas eknomi ini tidak akan bisa kita jumpai jika tidak ada perhelatan sejenis yang digelar FPI, karena memang tidak banyak orang yang berjualan di lingkungan tersebut pada hari-hari biasa kecuali yang memang membuka warung kecil kelontongan di rumahnya. Itu bisa saya potret saat saya mengobservasi lingkungan tersebut pada tanggal 4 April sebelumnya.

Kedua, saya bisa menangkap perasaan ribuan jamaah yang hadir itu datang karena ingin melihat dan mendengar langsung ceramah Habib Rizieq. Bagi mereka, Habib Rizieq memang seorang tokoh besar dan mungkin seorang pahlawan bagi umat Islam, khususnya setelah melihat kiprah Sang Habib dalam Aksi Bela Islam 212 yang terselenggara dengan sangat menakjubkan. Saya akui, Aksi 212 berhasil menumbuhkan semangat persatuan di kalangan umat Islam sehingga, kehadiran Habib Rizieq dan kawan-kawan bagi sebagian umat dapat mengobati kejengahan mereka, atas polah sebagian pimpinan umat Islam terutama dari NU dan Muhammadiyah yang tampak kompromistis dengan pemerintah khususnya dalam kasus penistaan agama. 

Masalah kekaguman mereka terhadap sosok Habib, tampak ketika Habib menyampaikan ceramahnya sekitar pukul 23. Sesaat setelah Habib memulai tausyiahnya, hujan ringan turun mengguyur lokasi tabligh dan sekitarnya. Menariknya, turunnya hujan tidak membuat jamaah sedikitpun beranjak dari tempatnya masing-masing dan tetap setia selama 2 jam mendengar tausyiah sampai mereka basah kuyup. Padahal, jamaah yang hadir itu mulai dari anak-anak usia sekitar 3 tahun sampai warga negara senior yang sudah berumur. Tidak sedikit dari anak-anak ini yang berebut salam dengan dan menyebut-nyebut nama Habib, saya sendiri sungguh berdecak kagum dengan kondisi pada malam itu.

Lalu, bagaimana dengan isi tausyiah Habib Rizieq? Saya yakin anda sudah bisa menduga isinya apa, kalau pun belum silakan saja cari di youtube pasti anda temukan rekaman video ceramah di malam itu. Ada kesetujuan dan ketidaksetujuan dengan isi ceramahnya itu wajar, saya pun demikian. Tetapi, terlepas dari sosoknya yang kontroversial yang terkadang membuat hati kita gedek dengan tindak-tanduknya, Habib Rizieq Syihab saya kira tetap merupakan tokoh saat ini punya daya tarik dan pengaruh besar bagi sebagian umat Islam di Indonesia. Wallahu alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun