Mohon tunggu...
Rahmat Eka
Rahmat Eka Mohon Tunggu... -

Tentang rasa, tentang jiwa, tentang asa

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Balik Cermin

24 Januari 2011   09:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:14 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

........Dia menjerit histeris ketika aku tanya tentang keberadaan Marlina.

"Ada apa dengan Marlina," gumamku dalam hati sambil mengerenyitkan kening.

"Tya, kenapa kamu," tanyaku pada Tya yang masih teriak histeris sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.

Wajah Tya berubah pucat pasi , ketika ku tanya sekali lagi tentang Marlina.

Marlina, seorang gadis keturunan Tiong hoa yang memiliki paras cantik, dengan bibirnya yang tipis, hidungnya mancung, matanya agak bulat besar tidak seperti keturunan Tiong hoa kebanyakan.Dia orangnya periang, supel, pandai bergaul, sangat perhatian pada sahabat"nya, juga energik.

Aku, Tya, dan Marlina berteman baik sejak kelas 2 SMP, namun setelah lulus SMA, aku menyelesaikan kuliahku di sebuah universitas di Yogyakarta. Sedangkan Tya dan Marlina kuliah di Bandung bersama-sama. Aku jarang pulang, hingga komunikasi dengan mereka pun hanya sebatas telepon atau via SMS.

Belakangan kemarin Aku di sibukkan oleh tugas-tugas kuliah akhir sehingga sedikit lost contact dengan mereka. Setelah selesai wisuda Aku pun berniat pulang tanpa memberi tahu kepulanganku pada mereka. Aku akan membuat kejutan untuk mereka.

Ternyata bukan mereka yang terkejut dengan kedatanganku, melainkan diriku. .

Jeritan Tya membuatku jadi tak karuan, aku merasa cemas yang amat sangat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdegup kencang, tanganku gemetaran dan agak sedikit kesemutan. " Apa yang sebenarnya terjadi,mengapa Tya begitu histeris ketika  ku tanya di mana Marlina". Aku bertanya dalam hati.

Tya tidak menjawab, dia hanya menjerit histeris dan hanya menggeleng - gelengkan kepala, namun kali ini dia sesekali menggaruk-garuk kepalanya dan menunjuk - nunjuk ke arah lemari bercermin besar di belakangku.

Aku menengok ke arah yang di tunjuk oleh Tya, tidak ada apa-apa, hanya ada Aku dan Tya di dalam cermin. Ku goncangkan tubuh Tya sambil terus bertanya, namun tetap tidak menjawab. Tangannya terus menunjuk ke arah cermin. Pandanganku pun beralih kembali ke arah cermin, tapi masih tidak tampak apa - apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun