Mohon tunggu...
Husen Haikal Alhadar
Husen Haikal Alhadar Mohon Tunggu... -

Internationalist on Process

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Belajar Sesuai Passion, Pentingkah?

8 Oktober 2016   17:17 Diperbarui: 8 Oktober 2016   23:36 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai sebuah negara berkembang, disebut-sebut akan menghadapi bonus demografi dalam beberapa tahun lagi. Jumlah penduduk yang masuk dalam kategori pemuda di Indonesia yang banyak menyebabkan angkatan kerja menjadi membludak dalam beberapa tahun lagi. Hal tersebut membuat Indonesia harus secara ekstra mempersiapkan diri agar bonus tersebut tidak berubah 180 derajat menjadi beban demografi yang malah merugikan. 

Dengan begitu maka, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh Indonesia khususnya oleh Pemerintah agar apa yang disebut sebagai "kutukan demografi" ini tidak akan terjadi di negara ini. Salah satu persiapan yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan taraf pendidikan dari pemuda-pemudi di Indonesia sehingga mereka tidak lagi tumbuh sebagai seorang yang krisis akan pendidikan serta keterampilan diri.

Oleh sebab itulah, pemerintah telah membangun sistem yang dianggapnya cukup mumpuni dan komprehensif dalam menyiapkan generasi-generasi baru Indonesia ini. Permasalahannya adalah data yang saya kutip dari Okezone.com menunjukkan untuk pelajar tingkat perguruan tinggi ternyata memiliki presentase masuk salah jurusan yang tinggi yakni kurang lebih sekitar 87% (lihat: Salah Jurusan). 

Hal ini meyakinkan kita ternyata ada yang salah dengan sistem pendidikan kita. Betapa anehnya hampir 90% dari mahasiswa yang ada di Indonesia mengalami hal yang sama yakni salah masuk jurusan. Dengan jumlah sebanyak itu, tidak mengherankan apabila produktivitas pemuda menjadi terhambat. Walaupun begitu, apabila kita melihat sistem pendidikan yang dibuat oleh Pemerintah, maka pada dasarnya tidak ada masalah yang cukup berarti secara sistemik. Lantas, apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?

Asumsi saya mengarah pada lingkungan atau atmosfer dari pendidikan Indonesia itu sendiri. Terdapat sebuah kejanggalan yang hadir diantara kita pelajar di Indonesia yang dibangun oleh kita sendiri dan juga oleh orang-orang disekeliling kita. Terdapat ide atau paradigma yang menjamur di dalam masyarakat yang mana menurut saya keliru. Hal ini adalah budaya kita untuk mengikuti gengsi ketika sedang berada dalam posisi memilih sesuatu. Terdapat paradigma massal yang salah dimana kita berpikir "Jurusan A lebih baik dari Jurusan B, dan Jurusan A bakal lebih kaya di dunia kerja dibanding Jurusan B". Paradigma seperti ini pada dasarnya akan membawa kita untuk cenderung menyepelekan jurusan lain yang dalam ide pikiran kita tidak bonafit. Contoh yang paling sering kita temui adalah betapa seringnya orang membanding-bandingkan jurusan seperti kedokteran yang katanya lebih keren daripada jurusan sastra atau arkeologi. 

Padahal, pada dasarnya perguruan tinggi adalah surga bagi kita untuk memilih minat dan bakat kita yang akan ditekuni dan kita lakoni nanti ketika lulus. Secara keilmuan pun, perguruan tinggi adalah tempat dimana kita melanjutkan studi yang menurut kita sesuai dengan pengetahuan awal yang kita punya. Intinya, di dalam perguruan tinggi tidaklah pantas bagi kita untuk membanding-bandingkan jurusan yang satu dengan yang lainnya karena perbandingan seperti itu bukanlah sebuah perbandingan apple to apple. Semua jurusan memiliki kelebihan dan keterampilan bidang yang berbeda-beda yang harusnya dilihat darimana kita membutuhkan keterampilan tersebut.

Maka dari itu, seyogyanya bagi seorang mahasiswa untuk memilih mana jurusan atau program studi yang menurut kita cocok tanpa terlebih dahulu mendahulukan gengsi. Cara terbaik untuk menemukannya adalah dengan memahami apa bidang yang termasuk di dalam minat dan bakat kita. Itulah sebabnya, betapa pentingnya passion bagi pemuda. Minat seseorang terhadap sesuatu akan membuat dirinya semakin penasaran dan bergairah untuk menambah pengetahuan terhadap hal tersebut. Dengan begini, ia akan merasa enjoy dengan apa yang dilakukannya dan pada akhirnya tidak menyesali pilihannya untuk melakukan hal tersebut. Logikanya, ketika kita memilih sesuatu yang memang sesuai dengan diri kita atau bisa dikatakan gue banget maka dapat dipastikan setidaknya kita akan menikmati hal tersebut bahkan akan menjadi produktif. Walaupun pada pelaksanaannya tidak semua minat kita dapat kita jadikan landasan dalam memilih jurusan kuliah, tetapi dapat digunakan sebagai tolak ukur dan panduan.

Solusi yang menurut saya dapat kita lakukan adalah dengan mengatur strategi alur pendidikan kita sejak dini dengan membuang paradigma-paradigma lama yang dianggap tidak mendukung malah cenderung destruktif dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Selanjutnya, bagi kalian yang sudah terlanjur masuk di dalam jurusan yang menurut kalian salah adalah dengan menambah studi keterampilan diri baik individual secara informal maupun formal atau dengan kelompok yang kalian punya untuk menambah keterampilan diri anda yang sesuai sehingga ketika lulus nanti lebih fleksibel dan kaya akan pengetahuan. Semangat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun