Mohon tunggu...
Ekalaya Irpan Pamuji
Ekalaya Irpan Pamuji Mohon Tunggu... Seorang Guru dan Penulis tentang Realita Kehidupan Masyarakat

Seorang Guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas. Sehari-hari hobi menulis dan berolah raga Badminton

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya Baya Bujang Gadis Krui

22 November 2022   21:43 Diperbarui: 22 November 2022   22:14 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam adat istiadat setiap Daerah memiliki ciri khas masing-masing. Demi keberlangsungan budaya dari ke generasi satu ke generasi selanjutnya. Tak ubahnya  seperti  teori siklus dalam Perubahan sosial. 

Berputar dan melinggar dan bergantian dalam menjaga dan melestarikan budaya. Contohnya 'Budaya Baya Bujang atau Gadis".  Khususnya diwilayah Krui Pesisir Barat Lampung.

Mungkin masih bertanya-tanya. Apa yang dimaksud dengan 'Budaya Baya Bujang atau Gadis". Menurut pengalaman pribadi budaya Baya Bujang atau Gadis adalah sekelompok muda-mudi berkumpul disuatu lingkungan, tempat tertentu, untuk membantu meyedu kupi, tatingkuan (mempersiapkan hidangan), ngekos (Membereskan hidangan ),ngecah pinggan (cuci piring) baik acara pernikahan maupun kematian.

Seiring perkembangan zaman dan semakin kompleks masyarakat. Maka budaya Baya Bujang atau Gadis. Semakin hari semakin digerus oleh berbagai distorsi (pengaruh) dari budaya luar. Sehingga budaya tersebut menjadi asing .

Gempuran ala Modernisasi dan Westernisasi sudah mulai nampak didepan mata. Misalnya model , konsep pernikahan yang serba modern acap kali mengurangi rasa gotong royong dan kebersamaan. Dengan sistem  Wedding Organazation memberikan kesan wah.. dan pantastis... hal itu wajar sesuai dengan perkembangan zaman.

Namun, ketika akad  dan Resepsi pernikahan diadakan di sebuah gedung yang megah memberikan sinyal... kemegahan dan kemewahan . hal ini terkadang menampakan  kebaratan.. ditambah musik Dj remik memberikan suasana semakin riuh.

Jati diri budaya tetap dijaga meskipun terkadang budaya luar menghantui. Filterisasi dan transpormasi budaya harus di sosialisai dan dijaga agar generasi berikutnya tidak lupa akan dimana asal usulnya. Misalnya mengadakan berbagai ivent atau perlombaan tarian dan seni daerah. Atau diwajibkan seluruh  gadis memakai  injang kain  tapis  yang mengidentikan adat dan budaya luhur.

Seperti yang masih dilakukan  dan dipertahankan oleh  muli Ngaras  baik pada saat acara pernikahan maupun Kematian.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun