Di Indonesia terdapat begitu banyak guru tngkat SLTA yang berprofesi sebagai guru sosiologi. Kebanyakan dari para guru trsebut mengajar di mata pelajaran yang lebih dari satu. Namun, tahukah anda bahwa kebanyakan dari para guru tersebut memiliki latar belakang pendidikan yang kontras dari pendidikan sosiologi. Banyak dari mereka yang berlatar belakang sebagai guru Pkn tetapi mereka juga merangkap sebagai guru pendidikan sosiologi, ada juga yang latar belakang pendidikannya sebagai guru ilmu pengetahuan agama tetapi mereka juga merangkap sebagai guru di pendidikan sosiologi.
Ada satu pengalaman yang pernah saya alami saat saya masih sekolah di tingkat SLTA tepatnya saat saya masih kelas satu, saya mempunyai seorang guru sosiologi, saat guru saya ini menjelaskan tentang ilmu sosiologi terus terang saya merasa bingung karena penjelasan yang beliau berikan menurut saya slalu berputar-putar di satu materi saja dan yang lebih saya bingungkan lagi bliau selalu menjelaskan materi yang itu-itu saja. Misalnya, di pertemuan pertama beliau membahas tentang penyimpangan sosial dan di pertemuan ke-2, 3, dan 4 pasti akan membahas tentang penyimpangan sosial lagi.
Walaupun metode pngulangan materi tersebut baik untuk meningkatkan ingatan peserta didik tapi, bukankah terlalu banyak mengulang materi akan membuat materi yang lain akan tertinggal. Ternyata, setelah saya mencari tahu beliau latar belakangnya bukanlah guru pendidikan sosiologi melainkan sbagai guru pendidikan quran hadist. Bukankah perbedaannya sangat begitu jauh.
Jadi, bagaimana nasib anak bangsa dan bagaimana ilmu sosiologi dapat berkembang apabila kebanyakan dari para guru sosiologi di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan yang begitu jauh berbeda dari pendidikan sosiologi. Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah ini seharusnya pndidikan sosiologi harus di terapkan diseluruh universitas di Indonesia agar dapat menghasilkan guru sosiologi yang professional dan guru yang benar-benar berlatar belakang pendidikan sosiologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H