Dalam perjalanan pulang dari jaga malam, pagi ini, saya bertemu dengan seorang ibu yang sedang menyapu jalan bersama dengan anak perempuan berusia sekitar 6 atau 7 tahun yang sedang mendorong "gerobak" sampah mengikuti arah gerak ibunya yang sedang menyapu sampah plastik dan dedaunan yang menumpuk sejak semalaman.
Saya trenyuh dengan pemandangan seperti ini, bukan karena seharusnya sang gadis kecil ini tidak perlu ikut bersama dengan ibunya ikut bekerja. Saya tidak pernah berpikir bahwa sang ibu yang memaksakan anaknya untuk membantunya, tetapi saya lebih meyakini bahwa ini adalah kerinduan sang anak agar pekerjaan sang ibu dimudahkan atau cepat selesai.
Saya trenyuh karena saya tahu persis bahwa sampah yang disapu dan diangkut oleh sang ibu-anak itu adalah sampah yang dibuang oleh pengguna jalan, entah itu sepeda motor, mobil yang diparkir atau sedang berjalan dan sangat mungkin berasal dari kendaraan dari orang yang memiliki intelektualitasÂ
Bukan hanya tempat di mana saya bertemu dengan ibu anak itu, kita bisa menjumpai sampah yang keluar dan terlempar dari kendaraan bermotor.
Kita terlalu yakin bahwa membersihkan sampah di jalan itu adalah petugas kebersihan dan pihak otoritas sementara posisi kita ada pada memberikan kritik bila sesuatu berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Ah, gadis kecil, saya menghormati setinggi-tingginya pengabdianmu pada ibumu, sementara terus berharap bahwa manusia yang membuat pekerjaan ibumu bertambah banyak bisa menemukan pencerahan..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H