Mohon tunggu...
Eka Kristalia Kuryani
Eka Kristalia Kuryani Mohon Tunggu... Lainnya - Product Management Enthusiast

Saya bermimpi menjadi seorang katalisator perubahan. Tiga hobi saya: belajar, menantang diri sendiri, dan menonton drama. Belajar itu bisa kapanpun, dimanapun, dengan siapapun, dan metode apapun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki - Buku "Aku Banget"

29 Mei 2022   20:30 Diperbarui: 29 Mei 2022   20:33 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku banget, aku banget, aku banget ini", kataku saat nandain buku ini pakai sticky notes.

Judul: I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki
Pengarang: Baek Se Hee
Penerbit: PT Haru Media Sejahtera @penerbitharu
ISBN: 9786237351030
Jumlah: 236 halaman
Harga: 99.000 (harga Pulau Jawa normal)

Suka banget sama buku self improvement ini karena baca serasa ngobrol sama teman. Penulis Baek See Hee mengidap distimia, keadaan dimana seseorang dapat kehilangan ketertarikan normal pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada harapan, harga diri rendah, dan perasaan tidak layak. Buku ini bukan buku teori, tapi dikisahkan berdasarkan pengalaman pribadi penulis. Bercerita mengenai perjalanan pengobatan distimia dia.


What I Learn
Ketika berada dalam kesukaran, tentu merasa lebih kesulitan dibanding orang lain. Itu bukanlah hal yang egois.
Saya tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang.
Cobalah untuk tidak menyalahkan diri Anda sendiri.
Di saat Anda bisa menerima diri Anda sendiri apa adanya, Anda akan merasa lebih bebas dan nyaman.
Hal yang paling penting adalah perasaan senang dan gembira dari dalam diri Anda, tidak pedulu apa yang orang lain pikir atau katakan. Saya harap Anda bisa memenuhi keinginan diri Anda terlebih dahulu, tanpa memikirkan apa yang dilihat oleh orang lain.

What I Think
Awal-awal baca buku ini kurang nyaman karena formatnya percakapan antara pasien (penulis) sama psikiater. Akhirnya rehat 2 minggu baru baca lagi. Eh ternyata asyik banget bukunya. Setelah format percakapan, ada bab tersendiri tentang pemikiran penulis tentang masalah hidupnya.


Careful
Hati-hati baca buku ini gaes. Kalau kamu belum paham banget tentang mental health, pelajari dulu, please jangan self diagnose ya. Karena setelah baca buku ini, perasaanku ikut mendung banget haha. Ada positif dan negatifnya.
+ Aku jadi paham jika selama ini aku masih belum baik-baik saja. Jadi perlu konsultasi ke teman atau ke ahlinya juga bisa.
- Jadi kepikiran gitu. Oh ternyata aku masih belum bahagia ya. Apakah bahagia bulan ini hanya fiksi belaka? Haha ya gitu deh.

Cover belakang
Cover belakang

Tunggu review buku keduanya dari aku yaaa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun