Mohon tunggu...
eka azwin lubis
eka azwin lubis Mohon Tunggu... -

belajar menulis untuk mengeksplorasi segala gagasan kecil yg dharapkan jd setitik sumbangsih bagi perubahan peradaban kaku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bercermin Pada Karakter Asli Bangsa Indonesia

24 Mei 2012   08:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:53 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan bangsa yang multietnis dimana bermacam suku bangsa, budaya, dan adat istiadat berada dalam naungan bangsa yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika ini. Indonesia memiliki suku bangsa yang mencapai 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku. Selain suku, Indonesia juga negara dengan bahasa daerah terbanyak di dunia yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa di Indonesia. Selain terdiri dari beragam suku dan budaya, Indonesia juga merupakan negara yang dihuni oleh penduduk yang memeluk beragam agama pula. Tak kurang ada enam agama resmi yang diakui pemerintah untuk dianut oleh warga negara Indonesia yakni Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan terakhir Konghucu.

Hal tersebut belum termasuk mereka yang tidak memeluk agama samawi tetapi berkeyakinan dengan hal – hal yang mereka anggap sebagai perwujudan dari Sang Maha Kuasa, seperti kepercayaan Parmalim dan Pelbegu dipedalaman Sumatera Utara, atau kepercayaan suku Badui dipedalaman Banten, yang kesemuanya juga dijamin keberadaanya oleh pemerintah sesuai isi pasal 29 ayat 2 Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945.

Namun ada satu hal unik yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia yang multietnis tersebut. Semua perbedaan itu sangat jarang menjadi sumber konflik horizontal yang ada di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan hampir semua bangsa Indonesia memiliki satu orientasi kebangsaan yang sama yakni jiwa bela negara tetap berada diatas segala perbedaan yang ada. Meskipun belakangan kita sempat mendengar beberapa konflik yang timbul karena masalah yang berlatar belakang pada perbedaan agama atau budaya, namun hal tersebut dapat segera diselesaikan dengan jalan musyawarah tanpa harus menimbulkan instabilitas negara yang berkepanjangan.

Selain itu ada beberapa karakter khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang tentunya tidak dimiliki oleh bengsa lain secara universal. Persamaan karakter inilah yang seyogyanya menyatukan persepsi seluruh rakyat Indonesia dimanapun dan apapun latar belakangnya.

Yang pertama adalah sifat Religius yang tinggi dan melekat erat pada sisi – sisi kehidupan bangsa Indonesia. Ini terlihat dari butir pertama Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa dimana dengan tegas meyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain teori tersebut, aplikasi nyatanya juga sama – sama kita ketahui dimana dalam menjalankan segala lini kehidupannya orang Indonesia tidak pernah lepas dari tradisi keagamaan yang kental. Bahkan konsep agama perlahan mulai diadopsi kedalam konsep kebudayaan sehingga melebur menjadi satu kesatuan. Dari sini dapat dilihat bahwa bangsa kita tetap konsisten dengan karakter aslinya yang mengedepankan kehidupan beragama.

Toleransi dalam menjalankan kehidupan berbangsa juga merupakan salah satu sifat asli yang melekat pada diri bangsa Indonesia. sikap empati dan tenggang rasa tersebut tidak dapat dipungkiri melekat dalam jiwa bangsa kita. Contoh sederhananya coba kita buktikan apabila ada satu tragedi yang menimpa seseorang, praktis dengan spontan orang lain yang berada disekitarnya langsung sigap menolongnya. Hal ini tidak hanya terjadi dibeberapa tempat saja, bahkan hampir diseluruh pelosok negeri fenomena tingginya nilai toleransi ini dapat kita temui. Hanya saja dewasa ini sikap toleransi tersebut mulai terlupakan disebahagian daerah terutama bagi mereka yang bermukim di kota besar. Namun tetap saja salah satu identitas kita tersebut masih eksis untuk dilakukan oleh sebagian besar bangsa Indonesia hingga saat ini. Kita tidak pernah bertanya apa suku atau agama seseorang yang mengalami musibah, namun yang ada justru sikap ingin menolong yang langsung timbul dalam benak kita jikalau melihat saudara kita tertimpa musibah.

Selain sikap toleransi yang kental, sikap terpuji yang secara sadar atau tidak kita miliki adalah Pemaaf. Kita masih ingat bagaimana peristiwa Gerakan Aceh Merdeka yang mencoba memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun dalam peristiwa tersebut banyak korban jiwa yang timbul, namun ketika para anggota GAM termasuk pemimpinnya, Hassan Tiro ingin kembali kepangkuan Ibu Pertiwi pasca perjanjian Helsinski, dengan segala kerendahan hati bangsa Indonesia menerimanya. Satu hal yang coba kita bandingkan bagaimana Ferdinand Marcos yang merupakan mantan Presiden Filiphina tidak diterima oleh rakyatnya sendiri untuk dikebumikan di tanah air mereka karena kediktatorannya saat memimpin, sangat berbeda dengan apa yang dialami oleh mantan Presiden kita Soeharto. Meskipun banyak pihak yang kecewa dengan cara kepemimpinannya selama lebih kurang 32 tahun, namun ketika beliau wafat tidak satupun terdengar suara penolakan dari rakyat Indonesia tentang tempat mantan presiden kedua bangsa kita dikebumikan. Bahkan hampir semua orang pada saat itu mencoba melupakan sejenak hal – hal negatif yang pernah beliau lakukan demi memberi apresiasi untuk terakhir kalinya kepada beliau sebelum dikebumikan.

Bangsa kita juga dikenal sebagai bangsa yang pekerja keras. Secara kasat mata senantiasa kita temui bagaimana ibu-ibu para pedagang sayur dan buah bergegas menuju pasar tradisional untuk menjajahkan dagangannya meskipun waktu masih menunjukan pukul dua pagi. Disaat semua orang masih tertidur pulas, namun mereka melakukan pekerjaan rutin tersebut dengan penuh keikhlasan. Tidak hanya itu, para Buruh di Indonesia juga tidak jarang kerja melewati batas jam dinas. Hal tersebut mereka lakukan demi mendapat penghasilan tambahan agar kebutuhan hidup terpenuhi. Sifat kerja keras juga diperlihatkan oleh para petani yang hasil dari olahan sawah mereka sebenarnya sangat tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan. Banyak contoh lain yang mencerminkan sifat kerja keras dan pantang menyerah dari bangsa kita. Namun semua itu bukanlah menjadi alasan bagi meraka untuk meratapi keadaan. karena meskipun himpitan ekonomi terus akrab dalam kehidupan mereka, meraka tidak pernah jenuh akan kerja keras yang dilakukan demi sebuah asa perubahan taraf hidup kedepannya.

Tanggung jawab sosial bangsa kita juga tidak dapat diragukan implementasinya. Bohong jika ada orang yang menyatakan bahwa bangsa kita merupakan bangsa yang acuh akan keadaan. Karena dalam kehidupan sehari – hari, kita selalu dihadapkan dengan berbagai fenomena yang menunjukan rasa tunggung jawab sosial yang tinggi yang masih dimiliki oleh hampir seluruh rakyat Indonesia.

Konsistensi Sikap Kebangsaan yang Masih Terjaga

Apa pernah kita mendengar seorang guru mogok mengajar secara berkepanjangan karena upah yang mereka terima tidak sesuai dengan pengabdian meraka untuk mencerdaskan anak bangsa. Jujur kita sering malihat bagaimana para oknum guru melakukan aksi unjuk rasa menuntut hak mereka kepada pemerintah yang tidak sesuai dengan apa yang meraka lakukan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Direspon atau tidak, toh para oknum guru tadi tetap kembali mengajar di sekolah untuk menunjukan tanggung jawab sosial yang mereka emban.

Atau hal yang paling sederhana adalah bagaimana para pemuka agama hingga saat ini masih menjadi sosok sentral untuk ikut dilibatkan dalam mengambil berbagai kebijakan yang menetukan nasib orang banyak. Hal tersebut tak lain dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab sosial yang diyakini oleh para kaumnya tidak akan merugikan mereka dalam membuat kebijakan. Beberapa contoh tersebut mengindikasikan kehidupan bangsa kita sangat erat bersentuhan dengan berbagai tanggung jawab sosial yang masih konsisten dijalankan menurut kaidahnya.

Rasa cinta tanah air juga merupakan satu karakter yang ada dalam jiwa hampir seluruh bangsa Indonesia. Seperti yang dijelaskan diawal tulisan meskipun bangsa ini dihuni oleh beragam etnis dan agama, namun semua tertuang menjadi satu kesatuan dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak satupun bangsa kita yang diam manakala ada bangsa lain yang coba mengusik ketentraman bangsa kita. Walaupun ada beberapa gerakan separatis yang coba memisahkan diri dari Indonesia, namun yakinlah hal tersebut mereka lakukan bukan karena tipisnya nilai kebangsaan yang mereka miliki. Namun hal tersebut muncul semata-mata karena rasa ketidakadilan yang mereka alami sehingga muncul semacam rasa ingin memberontak yang berujung pada tindakan untuk memisahkan diri demi mendapat kehidupan yang lebih layak dan memadai. Apabila pemerintah dalam hal ini mampu melaksanakan tugasnya untuk melakukan pemerataan kehidupan bangsa yang makmur dan sejahtera, niscaya tindakan-tindakan seperti itu tidak akan muncul. Karena pada prinsipnya tidak ada orang Indonesia yang mau negaranya diinjak – injak oleh bangsa lain, dan tidak ada juga orang Indonesia yang mau untuk hidup dengan penuh ketidakadilan.

Maka rasa cinta tanah air sebenarnya dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia, tinggal pemerintah saja yang seharusnya mampu untuk memberikan hak seluruh rakyatnya tanpa ada unsur diskriminasi didalamnya.

Dari beberapa penjabaran mengenai cerminan tentang karakter asli bangsa kita, dapat kita lihat bahwa bangsa kita adalah bangsa yang besar dan bangsa yang bermartabat. Salah besar jika masih ada oknum yang merupakan warga negara Indonesia namun tidak bangga untuk menjadi bagian dari bangsa Indonesia karena melihat berbagai fenomena negatif yang belakangan silih berganti menerpa negara ini. Namun harus secara objektif kita menilai bahwa inilah karakter asli bangsa kita yang merupakan cerminan dari bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun