Mendengar kata perlawanan, tentu alam pikir bawah sadar kita akan mengaitkannya dengan kekerasan, penolakan, kesenjangan, ketimpangan, penindasan, ketidakadilan, berada pada posisi yang bersebrangan dan lain sebagainya. Jika merujuk pada kata-kata tersebut, maka sejatinya perlawanan dapat diartikan sebagai sebuah tindakan untuk memperjuangkan sesuatu agar sesuai dengan tujuan, kaidah atau nilai-nilai yang akan dicapai.
Salah satu tujuan pendidikan adalah mewujudkan cita-citanya dalam mendidik dan mencerdaskan, namun tujuan itu akan dapat diwujudkan jika pendidikan sendiri berperan sebagai 'subyek' nya dalam situasi tersebut. Jika pendidikan itu memiliki peran hanya sebagai 'obyek' maka pendidikan akan selalu dimanfaatkan kekuasaan untuk mempertahankan dominasinya dalam bentuk mendesain pendidikan yang digunakan untuk mengukuhkan struktur yang ada, memperkuat ketidaksetaraan, menjaga status quo, dan peran-peran lain yang tidak menguntungkan kesetaraan dan keadilan dalam struktur sosial masyarakat dengan cara megontrol pikiran-pikiran warga negaranya agar selalu menguntungkan kekuasaan.
Meskipun pendidikan seringkali disalah gunakan sebagai alat pengendali kekuasaan, namun pendidikan juga memiliki potensi yang luar biasa sebagai alat untuk melawan tirani kekuasaan. Sangat banyak nilai-nilai pendidikan yang dapat menginspirasi atas perlawanan-perlawanan warga masyarakat terhadap penguasa, semisal penguatan kemampuan masyarakat untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dengan situasi sosial yang dihadapi dalam bentuk ketimpangan, memahami ketidakadilan yang hanya mampu dilakukan oleh warga masyarakat jika warga masyarakat tersebut terdidik.
Selain itu peran penting pendidikan dimasa depan dalam melawan tirani kekuasaan dapat diwujudkan pula dalam bentuk membangun generasi bangsa yang memiliki karakter yang kuat, tidak mudah terombang ambing oleh kuatnya cengkraman arus kekuasaan serta menjadi generasi yang aktif dan berkontribusi dalam melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan zaman. Dengan demikian, semakin banyak akses pendidikan yang berkualitas yang diperoleh setiap warga masyarakat, maka akan semakin kuat pula pengaruh pendidikan itu sendiri sebagai alat untuk melawan tirani kekuasaan.
Dari sisi yang berbeda, pendidikan berbasis teknologi juga punya peran yang sangat signifikan dalam melakukan perlawanan terhadap tirani kekuasaan dalam bentuk penggunaan media berbasis teknologi untuk penyebaran faham-faham demokrasi, hak asasi manusia serta kebebasan-kebebasan dalam berpikir. Keberadaan teknologi tersebut akan memberikan kemudahan informasi dan akses bagi mata dunia untuk menilai saat kekuasaan memaksakan kehendaknya, tentu ini menjadi alat kontrol yang sangat efektif untuk kekuasaan lebih berhati-hati saat memaksakan sesuatu yang dikehendaki yang tidak sesuai dengan nilai dan norma yang baik yang sudah disepakati.
Dengan demikian, mekipun pendidikan seringkali terlihat sebagai aktivitas keseharian, namun peran dan fungsi pendidikan dalam melakukan perlawanan terhadap tirani kekuasaan tidak boleh dipandang sebelah mata. Karena sejatinya pendidikan itu adalah perlawanan tak kasat mata pada tirani kekuasaan yang tidak berpihak, tidak adil, tidak setara dalam perlakuan setiap warga negara dalam kehidupan sosial bermasyarakat, yang bukan hanya dapat mempengaruhi setiap individu, tetapi bahkan perlawanan pendidikan akan mampu mengubah arah sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara. (ekajuned)
Penulis
Eka Junaidi
(Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H