Pendidikan nasional memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945. Namun, lebih dari sekadar transfer ilmu pengetahuan, semestinya pendidikan nasional harus mampu membentuk karakter yang kokoh untuk setiap individunya. Mengapa demikian? Karena Pendidikan karakter merupakan komponen dasar dalam proses pendidikan yang diharapkan mampu menciptakan manusia yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral yang kuat.
Pendidikan karakter mencakup berbagai aspek penting, seperti disiplin, akuntabilitas, tanggung jawab sosial, serta kesadaran terhadap lingkungan. Dalam konteks ini, pendidikan nasional berfungsi sebagai wahana untuk menyebarkan cita-cita luhur bangsa yang mengutamakan pengembangan potensi individu secara menyeluruh. Pendidikan bukan hanya tentang menguasai teori atau keterampilan, tetapi juga mengenai penanaman nilai-nilai moral yang menjadi dasar perilaku dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, seiring dengan tantangan zaman, pelaksanaan pendidikan karakter sering kali menemui tantangan dan hambatan. Pendidikan karakter seringkali terabaikan karena fokus yang lebih besar diberikan hanya pada pencapaian akademis dan target-target kurikulum yang padat. Meskipun guru memiliki niatan yang baik, namun seringkali terkendala oleh waktu dan ruang untuk menanamkan nilai-nilai karakter yang mendalam.
Kesenjangan dalam sistem pendidikan nasional, baik dari segi akses maupun kualitas, menjadi masalah yang tidak bisa diabaikan. Meskipun berbagai program pemerintah telah diluncurkan untuk mengatasinya, seperti penyediaan fasilitas pendidikan yang lebih merata, kesenjangan antara daerah perkotaan dan pedesaan masih sangat nyata. Pendidikan karakter yang diharapkan mampu menyatukan perbedaan ini, seringkali terhambat oleh perbedaan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu, pembaruan kurikulum sering kali tidak mengakomodasi pembelajaran karakter secara efektif. Kurikulum yang padat dengan fokus utama pada akademik sering kali membuat pendidikan karakter hanya menjadi pelengkap, bukan bagian utama dari proses pembelajaran.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan strategi yang inovatif dan mudah beradaptasi. Salah satu solusinya adalah dengan memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Kegiatan seperti pramuka, olahraga, seni, dan organisasi siswa dapat menjadi wadah yang efektif untuk mengembangkan disiplin, kerja sama, serta tanggung jawab sosial. Di sini, siswa dapat belajar tidak hanya dalam konteks teori, tetapi juga dalam situasi nyata yang mendorong mereka untuk mempraktikkan nilai-nilai positif.
Teknologi di era globalisasi dapat menjadi dua mata pisau dalam pendidikan karakter. Teknologi dapat menjadi alat yang sangat efektif dalam menyampaikan pendidikan karakter melalui platform digital dan aplikasi pendidikan yang interaktif, nilai-nilai moral dapat diajarkan dalam format yang lebih menarik dan mudah dipahami oleh generasi muda. Dengan pendekatan yang lebih menarik dan sesuai dengan gaya hidup digital saat ini, pendidikan karakter bisa lebih mudah diterima oleh siswa dan ini sangatlah menguntungkan. Namun disisi yang berbeda, teknologi dapat juga sebagai penggerus pendidikan karakter itu sendiri, jika tidak dilakukan pengawasan yang super ekstra. Teknologi akan mampu menihilkan nilai karakter bangsa yang sudah kita miliki jika tidak dipergunakan dengan bijak. Karakter dan budaya yang tidak sesuai dengan negara kita akan sangat mudah mereka lihat dan peroleh di kanal-kanal yang dapat diakses hanya dengan jari. Tentu kemudahan itulah yang memungkinkan karakter yang sudah kita miliki akan sangat gampang tergantikan oleh karakter yang tidak sesuai dengan nilai yang ada pada bangsa kita. Oleh karena itu antara pendidikan nasional dan pendidikan karakter harus berjalan seiring untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas dan inovatif, tetapi juga memiliki keyakinan moral yang kuat. Generasi ini harus mampu menghadapi tantangan global dengan tetap menjaga identitas budaya dan karakter bangsanya sendiri. Sistem pendidikan nasional yang inklusif dan berfokus pada karakter akan melahirkan individu yang tidak hanya unggul di bidang akademis, tetapi juga bijaksana dalam mengambil keputusan dan bertindak di tengah tantangan dunia yang semakin kompleks.
Pendidikan bukanlah proses yang dapat diubah dalam semalam. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, pendidik, orang tua, dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan karakter. Kita juga harus dapat memastikan bahwa generasi penerus bangsa tidak hanya dibekali dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga pendidikan moral yang akan membawa perubahan positif bagi bangsa, baik di kancah nasional maupun global. (ekajuned)
Â
Penulis :
Â
Eka Junaidi