Mohon tunggu...
Eka Junaidi
Eka Junaidi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang senang main bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketulusan Kekuasaan dalam Pendidikan

16 Desember 2024   11:35 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:35 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika merujuk pada definisi, kata kekuasaan dapat dimaknai sebagai kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh perorangan atau kelompok untuk mempengaruhi subyek lain agar sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemilik kekuasaan. Istilah kekuasaan acapkali muncul dalam konotasi negatif ketika kekuasaan sering mempertontonkan perbedaan perlakuan pada masyarakat dengan status dan strata sosial yang berbeda dalam bentuk otoritarian. Meskipun perilaku kekuasaan tersebut dapat terlihat secara kasat mata dalam konotasi negatif, namun kita tidak boleh juga menutup mata, bahwa kekuasaan juga dapat menjadi sebuah keberkahan bagi masyarakat terutama saat kekuasaan memperjuangkan kebaikan, keadilan serta keberpihakan bagi semua elemen ditingkatan masyarakat. Ketulusan dalam kekuasaan pendidikan dapat merujuk pada sikap jujur, adil dan bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan pemangku kebijakan dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas.

Ada beberapa aspek yang dapat teramati saat pemberlakun ketulusan kekuasaan dalam pendidikan, diantaranya; 1). Keadilan dalam mengakses pendidikan. Hal ini dimaknai dalam bentuk setiap warga negara memiliki akses yang sama dan setara dalam mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas tanpa memandang latar belakang soial, ekonomi maupun budayanya. Pada kondisi ini, pemegang kekuasaanlah yang akan menjadi titik sentral penentu keberhasilan tersebut, apakah ada keberpihakan atau tidak; 2). Memberlakukan kebijakan yang transparan dan akuntabel. Hal ini dimaksudkan bahwa pemegang kekuasaan dalam pengambilan kebijakan hendaknya dilakukan atas dasar informasi valid, prosesnya berjalan adil dengan pelibatan semua stakeholder serta mampu menciptakan rasa percaya bagi semua pihak yang terkait dengan keputusan tersebut, yang pada gilirannya, semua akan memiliki pemahaman yang sama dengan segala konsekwensi yang ditimbulkan dalam sebuah kebijakan; 3). Keberpihakan pada elemen yang terlibat dalam pendidikan (Guru maupun peserta didik). Pada kondisi ini, keberpihakan itu dapat ditunjukkan dalam bentuk kesejahteraan bagi guru. Ini tentu sangat penting jika pendidikan mengharapkan guru melakukan perannya dalam pembelajaran dengan professional. Selain itu bentuk keberpihakan kekuasaan pada peserta didik dapat diimplementasikan dalam bentuk pemenuhan hak-hak peserta didik dengan mengutamakan pengembangan potensi, kemampuan berpikir kritis serta pendidikan karakter dan tidak dinilai hanya dari sudut pandang standar akademik semata.

Meskipun indikasi-indikasi tersebut dapat teramati dan secara teoritis dapat diberlakukan, namun tantangan yang dihadapi dalam memwujudkan ketulusan kekuasaan dalam pendidikan juga tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan yang selalu muncul dan dihadapi, diantaranya; 1). Adanya pelibatan politik dalam pendidikan, hal ini sering dimanfaatkan oleh oknum pemangku kebijakan, sehingga cita-cita dan tujuan pendidikan keluar dari yang seharusnya diwujudkan. Kekuasaan justru menekan dan memaksa pendidikan sebagai alat mencapai tujuan individu pemangku kebijakannya, dan dengan demikian kondisi ini membuat tujuan pendidikan semakin bias jauh dari harapan; 2). Adanya korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan. Kondisi ini tentu akan semakin memperparah kondisi pendidikan ditengah ketidakberdayaannya terutama saat sarana dan prasarana minimal dalam pendidikan tidak mampu direalisasikan; 3). Minimnya keterlibatan Masyarakat. Dalam upaya mewujudkan pendidikan berkualitas, tentu peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam upaya melakukan kontrol baik dari perencanaan maupun evaluasi kebijakan pendidikan, sehingga pendidikan akan berjalan sesuai pada relnya.

Dengan demikian kekuasaan dalam pendidikan akan memiliki peran yang sangat vital dalam menciptakan sistem pendidikan yang adil, transparan yang selalu berorientasi pada kepentingan semua orang. Kekuasaan juga butuh ketulusan dalam pendidikan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik juga cerdas secara emosional dengan memiliki karakter yang kuat serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi pada masyarakat dan negaranya. Ketulusan sejatinya akan selalu membawa kebaikan dalam wujud lain karena ketulusan tidak akan pernah terpengaruh oleh terpaan apapun meskipun berada ditengah badai kemajuan zaman. (ekajuned)

 

Penulis :

Eka Junaidi

(Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Ganesha)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun