Bom tak bisa bunuh diri. Ia tak punya darah untuk ditumpahkan, jantung untuk dilumpuhkan, atau mimpi untuk dimusnahkan. Bom tak pernah ingin melukai siapapun, semulia apapun visi yang hendak diwujudkan. Ia cuma serangkaian mekanisme yang sengaja diramu untuk menceraiberaikan organ-organ yang belum waktunya diuraikan.
Kekeliruan kita adalah mengira bahwa bom bersalah dalam berbagai peristiwa yang memunculkan trauma. Kita menganggapnya lebih berdosa daripada belati, pecahan kaca, senapan, atau ribuan barang remeh temeh lainnya yang kerap mengoyak tubuh dan jejaring cinta manusia. Kita, sengaja atau tidak, mengaburkan peran si subjek utama pemecah kedamaian: rasa yakin berlebihan bahwa diri ini lebih dan paling benar.
Bukannya mengajarkan cara-cara untuk saling memahami, sebagian orang justru bangga menyiarkan jurus-jurus membutakan nurani. Bukannya bertekun mengupayakan momen untuk menikmati keterbatasan usia bersama dengan sebanyak-banyaknya saudara, segolongan orang malah sibuk menyucup harta dan nama dengan meninggitebalkan tembok pembatas imajiner yang memisahkan manusia dengan sesamanya.
Setiap kali bom meledak, selain meremas dada kiri yang nyeri dan menggigit kencang amarah di rahang belakang, kita mesti bersiap menelan ribuan tuduhan yang ngawur. Mulut-mulut juga jari-jari yang saban menit mencari celah untuk menyusun kalimat-kalimat pemecah belah. Spekulasi asal bunyi yang abai pada kompleksitas tragedi, menyederhanakan pelik peristiwa semau-maunya demi memuaskan nafsu mengutuk kaum liyan.
Semoga luka yang pada hari ini kembali mencabik sanubari negeri tak akan terulang kembali. Kiranya fitnah keji dan doa-doa buruk tak terucap lagi. Bagaimanapun juga yang bersalah bukan cuma mereka yang menebarkan teror, kita yang sampai kini masih gagal mencegahnya juga tak pantas tinggi hati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI