Albert Camus, seorang filsuf existentialist terkemuka, mengeksplorasi konsep absurdisme dalam karya utamanya, "The Myth of Sisyphus". Esai filosofis ini mengulas gagasan bahwa kehidupan secara inheren tidak bermakna dan bahwa manusia harus menghadapi absurditas eksistensi. Melalui tokoh mitologis Sisyphus, Camus menggambarkan perjuangan tanpa henti melawan absurditas dan kemungkinan menemukan makna dalam sesuatu yang tampaknya tidak bermakna.
Absurdism adalah suatu paham atau aliran filsafat yang didasarkan pada kepercayaan bahwa manusia selalu mencari makna dan tujuan dalam kehidupan, namun tidak ada makna yang pasti atau universal yang bisa ditemukan. Namun, pada akhirnya usaha manusia untuk mencari makna atau tujuan dari kehidupan akan berakhir dengan kegagalan dan bahwa kecenderungan manusia untuk melakukan hal itu sebagai suatu yang absurd. Di Eropa, konsep absurdisme berisi pemikiran bahwa pada hakikatnya tidak ada makna di dunia ini selain yang kita buat oleh manusia itu sendiri.
Metafora sentral dalam esai ini berpusat pada mitologi Yunani kuno tentang Sisyphus, seorang raja yang dihukum oleh para dewa untuk menggulingkan batu besar ke atas bukit, hanya untuk melihatnya menggelinding kembali setiap kali mencapai puncak. Hukuman abadi ini melambangkan sifat kehidupan manusia yang sia-sia dan berulang. Camus berpendapat bahwa, seperti Sisyphus, kita semua terlibat dalam perjuangan tanpa akhir melawan absurditas.
Filsafat absurdisme Camus sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari kita. Dalam dunia di mana kita sering mencari tujuan dan makna, pengakuan terhadap absurditas kehidupan dapat menjadi pembebasan dan tantangan. Berikut adalah beberapa cara absurdisme dapat muncul dalam pengalaman sehari-hari kita:
Â
- Pencarian Makna
Sebagian besar orang selalu mencari makna dalam hidup mereka, baik melalui karier, hubungan, atau kesuksesan pribadi. Absurdisme menunjukkan bahwa upaya seperti ini tidak memiliki makna yang abadi, meskipun hasilnya mungkin sementara. Realisasi ini mendorong orang untuk menikmati saat ini dan menemukan kebahagiaan dalam perjalanan daripada mencapai tujuan akhir.
- Rutinitas dan Pengulangan
 Sebagian besar kehidupan sehari-hari kita dipenuhi dengan tugas-tugas rutin yang mungkin terasa monoton dan tidak berarti. Absurdisme mengajarkan kita untuk menghadapi aspek-aspek kehidupan yang berulang ini dengan sikap penerimaan dan bahkan tantangan. Dengan mengakui absurditas rutinitas kita, kita dapat menemukan kebebasan dan kreativitas dalam cara kita menghadapinya.
- Menghadapi Kesulitan
Kehidupan sering kali ditandai dengan tantangan dan kemunduran. Absurdisme mengingatkan kita bahwa hambatan-hambatan ini merupakan bagian intrinsik dari pengalaman manusia. Alih-alih menyerah pada keputusasaan, kita dapat mengadopsi sikap tangguh, seperti Sisyphus, yang terus mendorong batu meskipun tahu bahwa itu akan jatuh kembali. Dalam perjuangan ini, kita dapat menemukan bentuk heroisme dan makna kita sendiri.
- Menciptakan Makna Sendiri
 Camus menekankan pentingnya pilihan pribadi dan otonomi dalam menghadapi absurditas. Meskipun kehidupan mungkin tidak memiliki makna inheren, kita memiliki kekuatan untuk menciptakan tujuan kita sendiri melalui tindakan dan keputusan kita. Seperti yang Camus ungkap dalam dua kalimat terakhir di bukunya  “The struggle itself toward the heights is enough to fill a man's heart. One must imagine Sisyphus happy.’’ Alih – alih menderita, kita harus bisa membayangkan bahwa Sisyphus dengan senang menjalankan hukumannya karena bagi Ia itu sudah cukup  memenuhi hasrat hatinya. Kita hidup di dunia yang dipenuhi oleh absurditas ini seharusnya bisa mengadaptasi absurdism untuk memperoleh kepuasan menurut istilah kita sendiri.
"The Myth of Sisyphus" karya Albert Camus memberikan eksplorasi mendalam tentang absurditas eksistensi manusia dan menawarkan wawasan berharga tentang bagaimana kita dapat menavigasi kehidupan kita dalam menghadapi kenyataan ini. Dengan merangkul absurdisme, kita dapat menemukan kebebasan, ketahanan, dan kemampuan untuk menciptakan makna kita sendiri, menjadikan pengalaman sehari-hari kita lebih kaya dan bermakna. Dalam dunia yang sering terasa luar biasa dan kacau, filsafat Camus berfungsi sebagai cahaya penuntun, mendorong kita untuk menghadapi absurditas dengan keberanian dan tabah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H