Mohon tunggu...
Eka Fatikhul Firdausi
Eka Fatikhul Firdausi Mohon Tunggu... Penulis - Akademisi Psikologi

Fasilitator di Forum Psikologi BISA (Best In Social and Academy)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Imajinasi Anak Tak Seharusnya Terhalang oleh Ego Orangtua

21 Oktober 2019   17:18 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:26 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Harta yang paling berharga adalah keluarga". Begitulah sepenggal lirik lagu dari film yang fenomenal "Keluarga Cemara". Sepenggal lirik tersebut secara tidak langsung mengingatkan kita bahwa keluarga merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Memiliki anak yang lucu, aktif, dan pandai tentu merupakan bagian dari harapan yang sangat diimpikan bagi setiap pasangan yang sedang membangun rumah tangga bersama.

Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang tidak semua orang diberikan kesempatan tersebut. Anak dianggap harta yang berharga di keluarga sehingga banyak di antara orang tua yang memprioritaskan anaknya terlebih dahulu dibanding dengan dirinya sendiri. Anak yang memasuki usia emas sudah barang tentu seyogyanya bisa mendapatkan perhatian yang tepat dari orang tua.

Banyak di antara orang tua yang menginginkan anaknya memiliki perkembangan yang lebih baik dibanding anak lain seusianya. Terlebih karena tekanan lingkungan yang terkadang "memaksa" orang tua menuntut anaknya dapat melakukan hal-hal tertentu. Banyak orang tua yang mementingkan ego mereka sehingga memaksakan kehendaknya terhadap anak. Perilaku seperti ini biasanya terjadi pada orang tua ketika anak mereka sudah memasuki dunia sekolah seperti PAUD atau TK.

Banyak orang tua yang terkadang memaksa anaknya untuk dapat menulis, membaca, menguasai bahasa asing, atau berbagai hal lainnya. Pada umumnya anak-anak di usia tersebut secara psikologis masih berada dalam masa bermain bukan pada masa kompetisi atau bersaing. Banyak orang tua di masa sekarang yang terkadang memaksakan kehendaknya kepada anak agar mereka dapat menguasai keahlian tertentu hanya karena gengsi dengan orang tua lain yang anaknya memiliki keahlian tertentu.

Hal ini tanpa disadari dapat mematikan kreatifitas anak dan mengubur imajinasinya. Orang tua terkadang lupa bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda, mereka lupa bahwa setiap anak itu unik, memiliki ciri khas tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan anak yang lain. Anak A yang bisa menggambar bagus tidak bisa kita bandingkan dengan anak B yang pintar dalam berhitung. Setiap anak memiliki kemampuan berbeda yang seharusnya bisa dipahami oleh orang tua.

Lantas bagaimana baiknya sikap orang tua kepada anak? Langkah pertama yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan memahami bahwa setiap anak itu berbeda, setiap anak memiliki kelebihannya masing-masing, setiap anak tidak bisa dituntut untuk bisa menguasai segala hal.

Langkah kedua, orang tua harus sadar bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas. Kesadaran ini sangat penting dimiliki oleh orang tua karena dengan begitu mereka bisa lebih terbuka untuk melibatkan orang lain dalam membantu perkembangan anak. Ada peran orang tua seperti ayah, ibu, dan ada juga peran dari orang lain yang bisa turut membantu perkembangan anak seperti guru, psikolog, atau orang tua lain yang memiliki anak sebaya.

sumber foto: hipwee.com
sumber foto: hipwee.com
Adanya pembagian peran yang jelas seperti sosok ayah dan ibu juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan untuk anak. Orang tua harus bisa menjadi figur untuk anak dengan memberi contoh yang baik melalui perilaku yang dilakukannya. Anak juga perlu di-edukasi tentang adanya pembagian peran dalam keluarga, misalnya ayah memiliki peran untuk menafkahi keluarga dengan cara bekerja, sedangkan ibu memiliki peran dalam masalah distribusi kebutuhan keluarga. Orang tua harus bisa memberikan sebuah pemahaman bahwa antara satu dengan lain memiliki peran untuk saling melengkapi dan saling mendukung.

Melibatkan guru dengan cara menjalin komunikasi yang baik juga sangat diperlukan karena ketika di sekolah yang mengawasi anak tidak lain adalah guru. Orang tua juga harus interaktif mencari tahu tentang perkembangan anak ketika di sekolah. Misal di sekolah anak suka menggambar maka orang tua seyogyanya berkonsultasi dengan guru tentang sikap apa yang harus dilakukan untuk anaknya.

Bertukar pikiran dan berbagi dengan orang tua lain juga akan membuka wawasan bagi orang tua. Mengetahui cara orang tua lain dalam mendidik anak bisa menambah pengetahuan orang tua dalam mendidik anak. Menjalin komunikasi dengan orang tua lain juga bisa meminimalisir sikap suka membandingkan karena dengan adanya komunikasi yang baik antara orang tua satu dengan yang lain akan bisa menciptakan keterbukaan. Orang tua nantinya akan bisa saling memberi saran dalam menciptakan pendidikan yang baik bagi anak.

Melibatkan psikolog dalam mendidik anak juga bisa menunjang perkembangan dengan baik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua sudah tepat terhadap anak. Mengetahui pola asuh yang tepat sesuai dengan keadaan psikis anak juga dinilai lebih efektif ketika orang tua melibatkan psikolog untuk membantunya. Orang tua terkadang juga harus berkonsultasi dengan psikolog agar dapat memahami aktualisasi diri dari anak yang biasanya terkesan absurd dan sulit dipahami oleh orang tua awam.

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak. Aktualisasi anak juga bergantung pada peran dan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua. Oleh sebab itu orang tua harus sadar dan menanamkan pada dirinya bahwa setiap anak itu istimewa dengan keunikannya masing-masing. Orang tua harus selalu bersabar dalam mendidik anak. 

Orang tua juga harus bisa mengontrol egonya dan tidak memaksakan kehendaknya terhadap anak. Orang tua harus bijak dalam bertindak seperti halnya kita tidak dapat menilai kepandaian ikan dalam memanjat pohon. Orang tua juga tidak bisa menilai bahwa anaknya tidak pandai ketika dia tidak bisa melakukan suatu keahlian yang bisa dilakukan oleh anak lain. Bisa jadi seorang anak memang tidak memiliki keahlian yang dimiliki oleh anak lain tapi dia memiliki keahlian yang tidak dimiliki oleh anak lain.

"Sebab semua ada masanya, bisa jadi seseorang berjalan di waktu yang sama 

tapi setiap orang memiliki masa yang berbeda"

Penulis           : Agustin
Editor             : Eka Fatikhul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun