Ketika citra sebuah kota tercemar akibat aksi kekerasan atau kriminal yang dilakukan oleh gangster, wisatawan akan cenderung memilih tujuan wisata lain yang lebih aman. Penurunan jumlah wisatawan ini berdampak langsung pada pendapatan masyarakat yang menggantungkan hidup pada sektor pariwisata, seperti hotel, restoran, dan pengrajin suvenir. Selain itu, berkurangnya aktivitas wisata juga menurunkan pendapatan asli daerah (PAD) yang seharusnya dapat digunakan untuk pembangunan dan pengembangan infrastruktur kota.
3. Pertumbuhan Ekonomi Informal dan Ilegal
Keberadaan gangster sering kali mendorong tumbuhnya sektor ekonomi informal dan ilegal di Semarang. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi ilegal, seperti perdagangan narkoba, perjudian, hingga bisnis barang-barang selundupan. Ekonomi ilegal ini sering kali tidak diawasi oleh pemerintah dan tidak memberikan kontribusi pajak, yang merugikan perekonomian secara keseluruhan.
Selain itu, sektor ekonomi ilegal ini sering kali menarik masyarakat yang tidak memiliki akses terhadap pekerjaan formal. Masyarakat yang terlibat dalam aktivitas ekonomi ilegal ini tidak memiliki perlindungan hukum dan jaminan pekerjaan yang layak, sehingga kualitas hidup mereka semakin memburuk. Sementara itu, sektor formal mengalami penurunan daya saing karena usaha-usaha ilegal sering kali menawarkan barang dan jasa dengan harga yang lebih murah, meskipun merugikan secara hukum dan etika.
4. Penurunan Produktivitas dan Kualitas Hidup
Gangsterisme juga berdampak negatif pada produktivitas dan kualitas hidup masyarakat di Kota Semarang. Ketakutan dan rasa tidak aman yang diakibatkan oleh aktivitas gangster dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari masyarakat. Misalnya, orang-orang mungkin merasa tidak nyaman untuk beraktivitas di luar rumah pada malam hari, yang berdampak pada pengurangan aktivitas ekonomi malam seperti restoran, kafe, atau hiburan malam. Padahal, ekonomi malam hari memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi perkotaan.
Selain itu, ketidakamanan lingkungan juga dapat mengganggu kenyamanan kerja dan kehidupan masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal atau bekerja di daerah yang rawan kejahatan. Hal ini dapat menurunkan produktivitas kerja, baik di sektor formal maupun informal, karena masyarakat lebih memilih untuk membatasi aktivitas mereka demi keamanan diri dan keluarga.
5. Upaya Penanggulangan
Pemerintah Kota Semarang telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi masalah gangsterisme. Salah satunya adalah dengan meningkatkan patroli keamanan di daerah-daerah rawan dan memperkuat kerja sama antara aparat keamanan dan masyarakat lokal. Program-program pemberdayaan masyarakat juga digalakkan untuk memberikan alternatif pekerjaan dan kegiatan positif, terutama bagi kalangan pemuda yang berisiko terjerumus ke dalam kelompok kriminal.
Selain itu, partisipasi masyarakat juga sangat penting dalam mengatasi fenomena ini. Masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya menciptakan lingkungan yang aman, seperti dengan membentuk komunitas atau kelompok ronda untuk menjaga keamanan lingkungan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya melaporkan tindakan kriminal dan bekerja sama dengan pihak berwenang juga merupakan kunci dalam mengurangi ruang gerak gangster di kota ini.
6. Pemberdayaan Ekonomi Lokal