Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurat Senja Merah (Bagian 20)

18 Maret 2016   12:19 Diperbarui: 18 Maret 2016   12:37 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

20  Teman kecil

Pagi hari, Khaerani merasa lebih segar dan sehat. Mak Lela melarangnya untuk melakukan pekerjaan apa pun dan menyuruhnya untuk beristirahat. “Aku sudah sehat Mak, kalau cuma diam, nanti malah tambah sakit,” kata Khaerani sambil membereskan meja makan dan meletakkan piring dan gelas kotor ke tempat cuci piring, setelah sarapan pagi. 

Setelah mencuci piring, pergi ke halaman belakang, ke kandang kambing dan kandang ayam. “Wah, hari ini ayam-ayamuku sedang berbaik hati.” Khaerani tersenyum ketika melihat telur-telur di kandang ayam. Masuk kembali ke dalam rumah dan kembali sambil membawa wadah untuk meletakkan telur-telur ayam. Setelah membawa masuk telur-telur ayam tersebut kemudian mengambil sapu dan peralatan lainnya untuk membersihkan kandang ayam. Mak Lela yang melihatnya langsung berteriak melarangnya.

“Biar saja Mbak, biar nanti Mak Lela yang membersihkan kandang ayamnya. Mbak Rani istirahat saja!”

“Tidak apa-apa Mak!” sahut Khaerani.

Setelah selesai dengan ayam, Khaerani ke kandang kambing, dilihatnya kambing-kambingnya sedang lahap memakan rumput yang yang telah diberikan oleh Bapak sebelum berangkat ke kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) bersama Pram. “Makan yang banyak ya, biar sehat dan gemuk, dan anakmu juga sehat,” katanya sambil memegang kepala seekor kambing yang sedang bunting. Khaerani itu tiba-tiba terdiam, pikirannya melayang, teringat ketika Bagas dengan erat memegang tangannya saat terbaring di ruang periksa dokter Fahri di klinik.

“Mbak Rani! Ada temannya datang,” suara Mak Lela mengagetkan lamunannya.

“Teman? Siapa?” Tidak ada jawaban dari Mak Lela, dilihatnya seorang perempuan berdiri di pintu belakang rumah dan tersenyum. “Asti!” Khaerani segera beranjak dari kandang kambing dan berjalan mendekatinya..

“Bagaimana keadaanmu, Ran?” tanya Asti.

“Aku baik-baik saja. Kamu kok kesini. Tidak mengajar?”

“Ini sudah jam sepuluh lebih. Anak-anak TK sudah bubar,” jawab Asti sambil tersenyum. Asti adalah teman Khaerani waktu duduk di bangku SMP, seperti halnya Riena dan Bimo. Gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang itu adalah seorang guru taman kanak-kanak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun