19 Perang
“Bagaimana kabarmu sepupuku yang sableng?” kata Bimo sambil tersenyum ketika masuk ke kamar Bagas, dilihatnya sepupunya tersebut sedang melipat sajadah setelah sholat Isya.
Bagas tertawa. “Seperti yang kamu lihat, aku baik-baik saja. Kamu pulang kerja agak malam, Bim?”
“Begitulah. Ada sedikit masalah di tempat yang baru, perlu banyak adaptasi, juga pikiran dan tenaga” Bimo duduk di tepi tempat tidur Bagas. “Bagaimana pekerjaan kamu, Gas?”
“Baik dan lancar-lancar saja. Ada yang ingin kamu bicarakan sama aku, Bim?” tanya Bagas sambil duduk di kursi kamarnya.
“Tidak ada. Kenapa memangnya?”
Bagas kembali tertawa. “Yah, siapa tahu!”
Keduanya terdiam sesaat.
“Kamu senang ada di desa ini?” tanya Bimo.
Bagas mengangguk, “ya, aku sudah mulai kerasan tinggal di desamu ini Bim.” Bimo tersenyum. “Oh iya Bim, kamu sudah mendengar?”