Nama  : Eka Dian Khotima
NIM Â Â : 24051019
Prodi  : D3 Keperawatan (Institut Kesehatan Hermina)Â
Â
PERAN POLA HIDUP SEHAT DALAM MENCEGAH DIABETES MILETUS
Diabetes melitus merupakan salah satu masalah kesehatan global yang terus meningkat prevalensinya setiap tahun. Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita diabetes di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 643 juta pada tahun 2030. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga memengaruhi sistem kesehatan dan ekonomi, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Diabetes melitus, yang sering disebut sebagai penyakit metabolik kronis, ditandai oleh kadar gula darah yang tinggi akibat gangguan produksi atau fungsi insulin. Jika tidak ditangani dengan baik, diabetes dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kebutaan, hingga amputasi.
(Sulistini dkk., 2020), mengatakan diabetes melitus adalah kondisi penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. (Djannah dkk., 2023) mengatakan, hasil penelitian Primadani dan Djannah (2023) di Puskesmas Gamping 1 Sleman menunjukkan bahwa terdapat 30% dari penderita DM yang tidak mendapatkan dukungan secara emosional, kemudian sebanyak 38,33% pula tidak mendapatkan dukungan informasional. Beberapa penyandang diabetes mengalami komplikasi serius yang mempengaruhi kualitas dan lama hidup. Komplikasi pada tungkai bawah merupakan salah satu yang sering dijumpai, biasanya berupa ulkus pada kaki dan hal ini bervariasi, baik dalam insidens dan prevalensi. (Sitompul dkk., 2014).
Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh kombinasi dua faktor, yaitu gangguan pada sekresi insulin karena terdapat masalah pada sel pankreas dan ketidakmampuan jaringan yang peka terhadap insulin untuk merespons insulin. Secara fisiologis, hormon insulin yang telah diproduksi menyebabkan glukosa yang terdapat di dalam darah memasuki sel tubuh dan diubah menjadi energi. Kondisi defisit insulin berkepanjangan pada diabetes melitus dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh dan meningkatkan angka mortalitas. Hal tersebut menjadi alasan DMT2 perlu mendapatkan perhatian dan penatalaksanaan yang tepat. (Gunawan dkk., 2023).
Peningkatan kasus diabetes melitus banyak dipengaruhi oleh pola hidup modern yang cenderung tidak sehat. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok merupakan beberapa faktor risiko utama yang berkontribusi pada penyakit ini. Di sisi lain, berbagai penelitian menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dapat secara signifikan mengurangi risiko diabetes melitus, bahkan pada individu yang memiliki kecenderungan genetik. Kebiasaan merokok juga dikaitkan dengan risiko diabetes. Studi oleh Willi et al. (2007) mengungkapkan bahwa perokok memiliki risiko 44% lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes dibandingkan dengan non-perokok. Selain itu, kurang tidur kronis dan stres berkepanjangan dapat memengaruhi regulasi hormon, termasuk insulin dan kortisol, yang berkontribusi pada peningkatan risiko diabetes, (Puspitaningsih & Kusuma, 2017).
Pola hidup sehat, yang meliputi asupan makanan bergizi, rutinitas olahraga, manajemen stres, dan tidur yang cukup, memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Dengan mengadopsi pola hidup sehat secara konsisten, tidak hanya risiko diabetes melitus yang dapat dicegah, tetapi juga kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan dapat meningkat. Oleh karena itu, kajian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai pentingnya pola hidup sehat dalam mencegah diabetes melitus, serta memberikan rekomendasi praktis bagi individu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun keseimbangan energi dalam tubuh menjadi faktor fundamental yang memengaruhi kesehatan manusia. Prinsip Balance, Intensity, Variation, and Adequacy (BIVA) atau keseimbangan, intensitas, variasi, dan kecukupan menjadi konsep penting dalam menjaga fungsi tubuh tetap optimal. Keseimbangan (balance) mengacu pada asupan dan pengeluaran energi yang seimbang untuk mencegah penumpukan atau kekurangan nutrisi. Intensitas (intensity) berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik yang memadai untuk mendukung metabolisme tubuh. Variasi (variation) merujuk pada pentingnya konsumsi beragam jenis makanan agar tubuh memperoleh semua nutrisi yang diperlukan. Sedangkan kecukupan (adequacy) memastikan bahwa kebutuhan tubuh akan energi dan zat gizi terpenuhi dengan baik. (Utari dkk., 2018).
Ketidakseimbangan dalam prinsip BIVA sering kali menjadi awal munculnya berbagai penyakit kronis, termasuk diabetes melitus. Penyakit ini terjadi akibat gangguan metabolisme yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah, yang biasanya disebabkan oleh kurangnya produksi insulin atau resistensi tubuh terhadap hormon tersebut. Ketidakseimbangan asupan makanan, kurangnya aktivitas fisik, dan pilihan pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok dan stres berlebihan menjadi faktor utama yang memicu terjadinya diabetes melitus.
Hasil penelitian pengukuran BIVA memiliki korelasi dengan CVP. Pada sebuah studi, nilai CVP berkorelasi terbalik secara signifikan dengan BIVA. Nilai CVP lebih dari 12mmHg berkaitan dengan vektor BIVA yang lebih pendek pada 93% penderita, menggambarkan adanya overhidrasi, demikian pula sebaliknya. (Febrianto & Hindariati, 2021). Dan sebanyak 249 subjek penelitian diikutsertakan dalam analisis. Kejadian PAP ekstremitas bawah didapatkan pada 36 subjek (14,5%). (Wibisana dkk., 2019).
Dengan menerapkan prinsip BIVA dalam kehidupan sehari-hari, risiko terjadinya diabetes melitus dapat diminimalkan secara signifikan. Konsumsi makanan seimbang dan bervariasi, olahraga dengan intensitas yang sesuai, serta pemenuhan kebutuhan nutrisi yang memadai merupakan bagian dari pola hidup sehat yang berperan besar dalam mencegah penyakit ini. Oleh karena itu, tulisan ini akan membahas lebih lanjut bagaimana penerapan pola hidup sehat berdasarkan prinsip BIVA dapat menjadi solusi efektif dalam mencegah diabetes melitus, sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Penanganan diabetes melitus tidak hanya bergantung pada pengobatan farmakologis tetapi juga pada pengaturan pola makan yang ketat untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil. Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai upaya telah dilakukan untuk menemukan alternatif makanan yang lebih efektif dalam mengelola kadar gula darah pada penderita diabetes. Salah satu pendekatan yang menarik perhatian adalah pemberian snack bars khusus yang dirancang dengan kandungan nutrisi seimbang dibandingkan konsumsi makanan dengan kandungan glukosa sederhana. (Decroli, 2019).
(Mulyana, 2023), Hasil penelitian menunjukkan bahwa snack bars yang kaya serat, rendah gula, dan mengandung protein berkualitas tinggi lebih efektif dalam menjaga kestabilan kadar gula darah dibandingkan makanan berbasis glukosa sederhana. Snack bars tersebut tidak hanya memberikan rasa kenyang lebih lama tetapi juga mengurangi lonjakan gula darah yang sering menjadi pemicu komplikasi pada penderita diabetes melitus. Efektivitas ini mencerminkan pentingnya pemilihan makanan yang mendukung pola hidup sehat sebagai bagian dari strategi pencegahan dan pengelolaan diabetes melitus. (Tahapary dkk., 2021).
("Uji Coba Pemberian Snack Bars Berbahan Dasar Tape Ketan Hitam Sebagai Sumber Serat Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus Tipe 2," 2023). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat penurunan rerata kadar GDP pada kelompok kontrol sebesar 21,36 mg/dL (p=0,111) dan kelompok perlakuan sebesar 61,46 mg/dL (p=0,021). Terdapat pengaruh pemberian snack bar tape ketan hitam terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa pada pasien DMT2 dengan selisih penurunan kadar GDP antara kelompok kontrol dengan perlakuan sebesar 40,10 mg/dL (p=0,018).
Berbagai penelitian telah memberikan bukti kuat tentang efektivitas pola hidup sehat dalam mencegah diabetes melitus. Namun, ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut yang menyesuaikan intervensi pola hidup sehat dengan konteks sosial-budaya masyarakat setempat. Penelitian yang melibatkan pendekatan multidisiplin, termasuk edukasi kesehatan berbasis komunitas dan kebijakan publik yang mendukung gaya hidup sehat, sangat diperlukan untuk meningkatkan efektivitas langkah pencegahan ini. (Ujainah, 2017) mengatakan, Semua upaya Collaborative Framework for Care and Control of TB and Diabetes hanya mungkin berjalan baik bila terdapat kolaborasi yang harmonis antara penentu kebijakan, pemberi layanan kesehatan, akademisi serta didukung partisipasi aktif dari masyarakat. (Yunir & Aziza, 2021).
(Sihotang dkk., 2018) mengatakan, hasil penelitian dari pola hidup sehat mencakup berbagai aspek seperti pola makan yang seimbang, aktivitas fisik yang teratur, manajemen stres, dan istirahat yang cukup. Penelitian telah menunjukkan bahwa pola hidup sehat dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 secara signifikan. Beberapa langkah penting dalam pola hidup sehat yang berperan dalam mencegah diabetes melitus antara lain:
1. Pola Makan Seimbang
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rendah gula sederhana, dan tinggi serat sangat penting dalam menjaga kadar gula darah. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet Diabetes & Endocrinology menunjukkan bahwa diet tinggi serat, seperti konsumsi buah, sayuran, dan biji-bijian utuh, dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 30%.
2. Aktivitas Fisik Teratur
Olahraga secara teratur dapat membantu tubuh menggunakan glukosa secara lebih efisien, meningkatkan sensitivitas insulin, dan menjaga berat badan ideal. Penelitian dari American Diabetes Association (ADA) menunjukkan bahwa aktivitas fisik moderat, seperti berjalan cepat selama 150 menit per minggu, dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 hingga 58%, terutama pada individu yang memiliki risiko tinggi.
3. Pengelolaan Berat Badan
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama diabetes melitus. Penurunan berat badan sebesar 5--10% dari berat awal dapat secara signifikan meningkatkan kontrol glukosa darah dan mencegah perkembangan diabetes, sebagaimana dibuktikan dalam Diabetes Prevention Program (DPP) yang menunjukkan bahwa intervensi gaya hidup lebih efektif dibandingkan pengobatan metformin dalam pencegahan diabetes pada individu dengan prediabetes.
4. Manajemen Stres
Stres kronis dapat memicu peningkatan hormon kortisol, yang berpengaruh terhadap kenaikan kadar gula darah. Studi dari Journal of Psychosomatic Research menemukan bahwa manajemen stres melalui meditasi atau teknik relaksasi dapat membantu menurunkan risiko diabetes.
5. Dukungan Keluarga Ternyata Penting
Menurut Friedman, (2010) dukungan keluarga adalah bantuan yang diperoleh pasien dari interaksi dengan anggota keluarga yang menumbuhkan perasaan nyaman, aman dan peduli terhadap pasien dalam melakukan perawatan atau dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Pola hidup sehat memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah diabetes melitus, sebuah penyakit metabolik kronis yang prevalensinya terus meningkat secara global. Dengan mengadopsi gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan seimbang, rutin berolahraga, mengelola stres, dan memastikan kualitas tidur yang baik, risiko terjadinya diabetes melitus dapat diminimalkan secara signifikan. Pola makan yang sehat, terutama yang mengutamakan makanan rendah gula, tinggi serat, dan nutrisi seimbang, terbukti membantu menjaga kestabilan kadar gula darah.
Upaya pencegahan melalui pola hidup sehat tidak hanya bermanfaat bagi individu dengan risiko diabetes, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara umum. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya penerapan gaya hidup sehat harus terus ditingkatkan melalui edukasi, kampanye kesehatan, dan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan lembaga kesehatan. Dengan langkah ini, angka kejadian diabetes melitus dapat ditekan, sehingga tercipta masyarakat yang lebih sehat dan produktif.
Â
Â
Â
Â
                          DAFTAR PUSTAKA
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2.
Djannah, S. N., Primadani, M., & Tukiyo, I. W. (2023). Dukungan Keluarga dalam Mendukung Perawatan Diri yang Lebih Baik pada Penderita DM.
Febrianto, D., & Hindariati, E. (2021). Tata Laksana Ketoasidosis Diabetik pada Penderita Gagal Jantung. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 8(1), 46. https://doi.org/10.7454/jpdi.v8i1.273
Gunawan, A., Wihanto, L., & Muliono, A. C. (2023). Efektivitas Ekstrak Strobilanthes crispus terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa dan Pasca Tes Toleransi Glukosa Oral pada Rattus norvegicus Diabetes Melitus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 10(1). https://doi.org/10.7454/jpdi.v10i1.1028
Mulyana, R. (2023). Perbedaan Kadar Insulin-Like Growth Factor-1 dan Tumor Necrosis Factor- Serum pada Berbagai Derajat Sarkopenia Pasien Lanjut Usia: Studi Potong Lintang. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 10(3). https://doi.org/10.7454/jpdi.v10i3.1482
Puspitaningsih, D., & Kusuma, Y. L. H. (2017). Diabetes Mellitus, Stres dan Manajemen Stres.
Sihotang, R. C., Ramadhani, R., & Tahapary, D. L. (2018). Efikasi dan Keamanan Obat Anti Diabetik Oral pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronik. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 5(3), 150. https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i3.202
Sitompul, Y., Budiman, B., Soebardi, S., & Abdullah, M. (2014). Profil Pasien Kaki Diabetes yang Menjalani Reamputasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Tahun 2008 -2012. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(1), 9. https://doi.org/10.7454/jpdi.v2i1.75
Sulistini, R., Mediarti, D., Syokumawena, Annuari, A. W. A., Sari, A. L., Pertiwi, D. D., Akbar, H., & Fachri, R. (2020). Latihan Fisik Penderita Diabetes Melitus.
Tahapary, D. L., Wafa, S., & Harbuwono, D. S. (2021). Puasa Ramadan dan Diabetes Melitus: Risiko, Manfaat dan Peluang Penelitian. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 8(1), 1. https://doi.org/10.7454/jpdi.v8i1.576
Ujainah, A. (2017). Kolaborasi Tata Laksana dan Pengendalian Tuberkulosis dan Diabetes Melitus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(1), 1. https://doi.org/10.7454/jpdi.v2i1.58
Uji Coba Pemberian Snack Bars Berbahan Dasar Tape Ketan Hitam sebagai Sumber Serat terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. (2023). Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 10(4). https://doi.org/10.7454/jpdi.v10i4.1478
Utari, A., Pritayati, N., & Julia, M. (2018). Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus Tipe 2.
Wibisana, K. A., Subekti, I., Antono, D., & Nugroho, P. (2019). Hubungan antara Rasio Neutrofil Limfosit dengan Kejadian Penyakit Arteri Perifer Ekstremitas Bawah pada Penyandang Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 5(4). https://doi.org/10.7454/jpdi.v5i4.227
Yunir, E., & Aziza, Y. A. N. (2021). Terapi Non-Operatif pada Osteomielitis Kaki Diabetes Melitus (DM): Laporan Kasus. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 8(2), 99. https://doi.org/10.7454/jpdi.v8i2.471
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H