Putin kembali memenangkan kursi presiden Rusia dengan meyakinkan. Meski dikecam karena menggunakan segala cara untuk mengamankan kekuasaannya dengan penghapusan oposisi, mengubah aturan konstitusi, Putin mampu mengamankan kekuasaannya dengan baik. Namun ada satu hal yang terlewatkan dalam pembahasan di forum-forum atau media-media mainstream, yaitu soal semangat rakyat atau semangat zaman.Â
Rusia sedang menghadapi gejolak besar dengan kepungan yang dilakukan oleh aliansi barat serta pengeluaran besar untuk militer sejak invasi mereka ke Ukraina.Â
Sejak keputusan dibuat, Putin menegaskan posisinya sebagai pemimpin dunia yang mampu menciptakan dunia yang multipolar, sebuah tatanan dunia yang lepas dari pengaruh Amerika Serikat dan kroni-kroninya.Â
Selama masa invasi dan kepungan sanksi internasional membelenggu Rusia, Putin menunjukkan kemampuannya dengan menjadikan Rusia semakin kuat bahkan sanksi-sanksi internasional terlihat tidak mampu mengurangi kekuatan Rusia yang begitu besar. Meski sempat dilanda kudeta dari sahabat dekatnya, Putin tidak goyah. Kekuasaannya semakin kuat, dan ia berhasil menunjukkan bahwa ia merupakan pemimpin yang dibutuhkan oleh Rusia dan dunia. Lalu bagaimana semangat zaman itu mempengaruhi kemenangan Putin menjadi presiden kembali?
Demokrasi merupakan pisau bermata dua. Dalam sebuah pengertian dan sistem yang ideal, distribusi kekuasaan serta terjaminnya hak asasi manusia merupakan sebuah ide besar yang menjadi pondasi demokrasi. Namun dalam perjalanannya, demokrasi masih menjadi bancakan elit atau oligarki sehingga distribusi kesejahteraan gagal terwujud dan kemiskinan masih banyak ditemukan diseluruh dunia.Â
Keadaan ini memicu keinginan baru di masyarakat yaitu sebuah kepemimpinan politik yang kuat untuk memberikan mereka kesejahteraan dan rasa bangga. Keadaan ini ditemukan dibanyak hasil-hasil pemilu di Eropa ketika partai-partai politik yang selama ini dianggap sebagai partai gurem atau partai dengan ideologi yang mengancam kebebasan eropa, justru mampu meraih suara yang signifikan di berbagai pemilu dan beberapa bahkan mampu menjadi pemenang dalam pemilu.Â
Keadaan ini juga dimanfaatkan oleh Putin. Bagi beberapa kelompok di Rusia yang menginginkan terlaksananya demokrasi total, Putin merupakan seorang diktator berdarah dingin yang mengancam kebebasan Rusia. Namun, mayoritas masyarakat melihat Rusia mampu bertahan dalam kepungan negara-negara barat sehingga kepedulian terhadap hak-hak yang "dirampas" oleh negara dianggap sebagai tukar tambah atas keberhasilan negara menjalankan pemerintahan yang mendorong kesejahteraan dan kebanggaan.
Kemenangan dalam pemilu tidak hanya diukur dalam jumlah anggota atau ide-ide yang dibawa ke masyarakat. Semangat zaman ini akan menentukan banyak hal dalam pemilu dan bahkan bisa menggerakan silent majority untuk menciptakan perbedaan dalam pemilu. Keadaan ini juga dimanfaatkan oleh Trump pada kemenangan pertamanya sebagai Presiden.Â
Meski diserang habis-habisan karena dianggap bertentangan dengan semangat Amerika Serikat, ia justru mampu meraih suara dari kelompok silent majority tersebut yang menganggap bahwa ide-ide soal kebebasan menjadi palsu ketika nilai-nilai luhur dan kesejahteraan tidak mampu mereka nikmati secara sama dan merata.
Penulis mengambil hipotesa bahwa masyarakat Rusia memiliki semangat zaman yang berbeda yang tidak bisa dijelaskan oleh media-media mainstream yaitu adanya kepemimpinan nasional yang kuat dan mampu memberikan rasa aman pada mereka. Keadaan itu kemudian mendorong besarnya dukungan terhadap Putin sehingga langkahnya untuk berkuasa lama di negeri beruang merah itu bisa terwujud.