Mohon tunggu...
Eka Dharmayudha
Eka Dharmayudha Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Pasca Sarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional UI

Menyukai politik, sepakbola, dan menulis puisi. Kenal lebih dekat melalui instagram saya @ekadharmayudha

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tragedi Desa Wadas, Bukti Citra Tak Semanis Realita

10 Februari 2022   19:07 Diperbarui: 11 Februari 2022   23:28 1433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Merdeka/Rizka Muallifa

Proyek Bendungan Bener ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai proyek strategis nasional pada 2018 lalu, dan diperkirakan menelan biaya sebesar 2 triliun rupiah. Bendungan ini rencananya akan digunakan sebagai pemasok air baku bagi kabupaten Purworejo, serta sebagian lainnya untuk kebutuhan Bandara Internasional Yogyakarta. Salah satu yang terdampak dari proyek ini ialah Desa Wadas.

Di Desa ini, penambangan batu andesit sebagai bahan baku pembangunan Bendungan akan dilakukan. Sebagian warga Desa Wadas tegas menolak rencana penambangan ini. Bukan tanpa sebab, warga beranggapan bahwa penambangan ini akan merusak sumber mata air yang tersisa di wilayah mereka, serta mengancam keselamatan dan kesehatan masyarakat Desa Wadas dan daerah sekitarnya. Selain itu, ancaman kehilangan sumber mata pencaharian juga menjadi alasan yang sangat kuat bagi warga untuk menolak rencana penambangan batu andesit.

Penangkapan warga yang terjadi 8 Februari 2022 kemarin bukanlah hal pertama. Pada April 2021, sejumlah warga "diamankan" oleh kepolisian ketika sedang melakukan demonstrasi menolak penambangan tersebut. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada konferensi persnya, menyatakan bahwa dirinya meminta maaf atas aksi represif yang dilakukan, dan meminta kepada kepolisian untuk segera melepaskan warga yang ditangkap. Namun permintaan maaf terasa tak bermakna. Gubernur Jawa Tengah ini sendiri adalah orang yang memberikan payung hukum atas pembangunan bendungan dan juga penambangan melalui surat keputusan Gubernur Jawa Tengah tentang lokasi pengadaan tanah untuk pembangunan Bendungan Bener.

"Tiada maaf bagi Ganjar," begitulah kira-kira reaksi warga terhadap permohonan maaf sang gubernur. Permohonan maaf itu tak artinya karena warga tetap akan merasakan ketidakamanan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi. Lebih parahnya ialah bagaimana pemerintah sedang mencoba mengendalikan isu dengan mengatakan bahwa mereka yang diamankan terlihat bahagia karena bermain billiard, seperti mencoba menukar keengganan memberikan maaf dengan permainan billiard. Permasalahan utama hari ini adalah ancaman kerusakan lingkungan, namun yang diperlihatkan adalah orang-orang bahagia main billiard seolah tak terjadi apa-apa. 

Kita tahu akhir-akhir ini, Ganjar sedang sibuk memoles dirinya guna kepentingan pertarungan politik 2024. Ia menampilkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang pro rakyat, yang mengedepankan komunikasi yang baik dengan warganya. Namun hal tersebut seperti sirna ketika ia  lupa pada problem-problem krusial yang ada di daerahnya, terutama terkait isu lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah sumber kehidupan masyarakat yang berarti bisa disimpulkan bahwa untuk merawat masyarakat harus berbanding lurus dengan merawat lingkungan hidup. Pembangunan proyek bendungan yang dikatakan tidak akan merusak sumber air justru menambang dari bukit yang di dalamnya terdapat sumber air.

Ada kontradiksi dari penelitian yang dilakukan dengan keadaan masyarakat yang telah hidup disana sangat lama dan sudah sangat mengenal wilayahnya dengan baik.  Dengan begitu, bisa dilihat bahwa dalam beberapa waktu ke depan apabila penambangan tetap dilakukan, akan ada satu habitat yang rusak. Jika kerusakan itu terjadi, maka seluruh kehidupan yang pernah ada di wilayah tersebut pasti kacau, yang bahkan bisa punah. Itu artinya, citra pro rakyat yang dibangun selama ini, gugur begitu saja ketika sang gubernur justru menghiraukan keselamatan lingkungan hidup.

Untuk itu, sebagai penutup, masa depan sangat erat berhubungan dengan keselamatan lingkungan hidup hari ini. Lingkungan hidup akan menentukan keselamatan sebuah ekosistem di wilayah tersebut dan juga keberlangsungan sebuah negara di masa depan. Dengan kejadian di Desa Wadas ini membukakan mata kita untuk tidak lagi terkecoh dengan pencitraan yang dibangun di media sosial, namun lebih berfokus pada gagasan serta prinsip-prinsip yang dimiliki oleh setiap calon pemimpin agar negara ini terhindarkan dari segala bentuk penindasan lingkungan hidup yang menghancurkan kehidupan manusia dan alam.

Semoga warga Desa Wadas terus konsisten melawan orang-orang yang menghancurkan lingkungan hidupnya, dan diakhirnya nanti mereka diberikan kemenangan atas perlawanannya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun