Mohon tunggu...
EKA ARYANI
EKA ARYANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hallo sobat pursspektif, perkenalkan nama aku Eka panggil aja cantul. Aku suka kucing dan nama blog ku Mile's Information, itu terinspirasi nama ku dan kucing ku Milky. Ngomong-ngomong purss ini blog pertama ku loh ehehe. Tujuan aku membuat blog yang amatir ini karna aku lagi mencoba hal baru dan keluar dari zona nyaman yang begitu-begitu aja. Mohon dukungannya ya purss. See you...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mendobrak Stereotip Gender di Lingkungan Keluarga

16 Juli 2024   19:30 Diperbarui: 16 Juli 2024   19:33 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Budaya stereotip gender tercipta karna kebiasaan keluarga, Sumber Ilustrasi: IStock 

Sobat pursspektif, pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa patriarki masih ada dalam budaya keluarga kita? Padahal, ini merugikan banyak pihak, terutama perempuan, yang sering kali dipandang rendah hanya karena faktor fisik atau emosional mereka. 

Kalian penasaran, bukan, bagaimana cara mengubah paradigma ini agar tidak terus menjadi norma negatif dalam masyarakat?  yuk, akan akan bagikan bagaimana caranya untuk mendobrak semua itu!

LATAR BELAKANG

Stereotip gender berakar dari budaya patriarki yang telah lama diterima sebagai norma masyarakat. Ini adalah prasangka sosial tentang perilaku yang dianggap tepat untuk laki-laki dan perempuan, berdasarkan perbedaan ciri atau sifat yang dipercaya dimiliki oleh masing-masing gender. Konsep ini erat kaitannya dengan gagasan maskulinitas dan feminitas, di mana perempuan sering dianggap emosional dan penurut, sementara laki-laki dianggap rasional dan dominan.

Keluarga, sebagai unit terkecil masyarakat, menjadi tempat pertama tertanamnya stereotip gender ini. Orang tua, tanpa sadar, sering mengajarkan anak-anak mereka untuk berperilaku sesuai dengan peran gender yang sudah ditentukan. Akibatnya, pandangan ini sulit diubah karena telah tertanam sejak dini.  

Sebagai lembaga pendidikan utama, keluarga bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak menjadi individu yang cerdas dan berakhlak mulia. Namun, terkadang keluarga justru menciptakan batasan yang membatasi potensi anak. 

Mendobrak stereotip gender di lingkungan keluarga adalah langkah awal yang penting, namun upaya ini perlu diperluas ke masyarakat yang lebih luas untuk mencapai kesetaraan gender yang sesungguhnya. Meskipun telah ada kemajuan dalam beberapa dekade terakhir, masih banyak tantangan yang harus diatasi. 

Pendidikan memegang peran kunci dalam membangun kesadaran akan kesetaraan gender, dimulai dari memasukkan nilai-nilai ini ke dalam kurikulum sekolah sejak dini. 

Penting juga untuk mengakui dan mempromosikan kontribusi perempuan di berbagai bidang, serta menegakkan hukum yang melindungi perempuan dari diskriminasi dan kekerasan. 

Kesetaraan gender juga berarti memastikan partisipasi setara perempuan dalam pengambilan keputusan di semua tingkatan, baik dalam politik, bisnis, maupun masyarakat.

Memberikan akses yang sama dalam pendidikan dan pekerjaan adalah langkah crucial untuk memastikan perempuan dapat mencapai potensi penuh mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun