Pada era glogalisasi seperti saat ini kita sudah tidak asing lagi dengan Korean Wave. Korean wave merupakan fenomena global budaya popular Korea Selatan, seperti musik, drama, fashion, dan kecantikan. Terkhusus pada musik pop Korea (K-Pop) yang sukses menarik banyak perhatian penggemar tertutama di kalangan remaja. Korean wave tidak hanya mempengaruhi hiburan tetapi juga berdampak pada industri ekonomi dan gaya hidup masyarakat di negara-negara yang terpengaruh salah satunya Indonesia.
Dengan mendunianya Korean Wave, terutama pada Indonesia, tidak bisa dipungkiri bahwa banyak sekali warga  Indonesia yang tertarik menggunakan budaya Korea tersebut.Mereka acapkali dianggap menjadi K-popers, yg merupakan seorang yang menikmati K-pop.
Namun di satu sisi lain, Korean Wave cukup berpengaruh pada hidup konsumerisme. Konsumerisme merupakan pembelian barang yang tidak erlalu diperlukan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan emosionalatau status sosial. Konsumerisme dapat menyebabkan perilaku boros dan dampak negatif terhadap lingkungan serta kesejahteraan sosial.
Penggemar K-Pop di Indonesia sangat hobby untuk mengoleksi barang-barang idola favoritnya. Seperti album, lightstick, photocard, t-shirt bahkan rela untuk mengikuti kemanapun idolanya konser perlu di ketahui, barang -barang tersebut tergolong tidak murah
harganya. Mislanya Album, untuk sekali comeback harga album sekitar Rp 300.000 hingga Rp 350.000 sedangkan untuk lightstick sekitar Rp 600.000 hingga Rp 700.000, bahkan untuk photocard ada yang menjual hingga Rp 1.000.000. belum lagi apabila ada konser K-Pop yang datang ke Indonesia, harga tiket bisa mencapai Rp. 3.500.0000.
Apa yang menyebabkan para penggemar K-Pop untuk membeli dan mengoleksi barang-barang tersebut? Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi seseorang untuk bersedia menghabiskan uang lebih banyak pada idola kesukaannya.
- Identitas diri dari seorang penggemar dari suatu group, membeli produk-produk terkait idolanya adalah cara untuk menunjukan identitas diri dan termasuk kedalam komunitasnya. Setelah membeli biasanya para penggemar merasa terhubung dengan idola dan sesame penggemar lainnya.
- Strategi canggih pada bisnis Korea yang sangat ahli dalam strategi marketing. Mereka suka sekali merilis barang dengan edisi khusus dengan beberapa benefit didalamnya yang membuat penggemar tersebut merasa harus memilikinya.
- FOMO (Fear Of Mssing Out) para penggemar K-POP terhadap sesuatu barang yang dikeluarkan oleh idolanya karena tidak ingin ketinggalan dengan penggemar yang lainnya. Para penggemar yang FOMO biasanya hanya penggemar musiman yang muncul ketika idola tersebut sedang berada dipuncak kesuksesan.
Karena hal tersebut munculah dampak negatif yang dapat merugikaan seperti dapat menambah beban keungan dan tidak memiliki skala prioritas.Tetapi harus diingat juga tidak semua pengemar K-POP memiliki sifat konsumerisme. Masih banyak penggemar yang menikmati karya-karya idolanya dengan cara lain. Mari jadi penggemar K-pop yang cerdas dengan mengelola keuangan dengan baik dan memilih produk yang ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H