Dalam beberapa tahun terakhir, partisipasi politik anak muda di Indonesia menjadi sorotan utama. sebagai kelompok demografis terbesar, kaum pemuda berpotensi besar mempengaruhi arah dari berbagai kebijakan negara. Akan tetapi, walaupun teknologi serta media sosial telah memberikan wadah baru untuk berdiskusi serta berorganisasi, namun tingkat partisipasi anak muda di bidang politik tetap saja masih rendah. Banyak dari mereka merasa suaranya tidak didengarkan atau sistem politik terlalu rumit serta jauh dari keseharian mereka. Di lain pihak, beragam pergerakan sosial berbasis anak muda memperlihatkan betapa ketika anak muda terlibat, sebuah perubahan dapat terjadi. Berdasarkan hal ini, maka penting untuk mencari cara yang lebih efektif dalam meningkatkan keterlibatan pemuda dalam politik di Indonesia.
Negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia, menghadapi berbagai tantangan besar dalam memastikan partisipasi yang lebih inklusif dari semua lapisan lapisan masyarakat, khususnya para generasi muda. Berdasarkan data KPU, meski pemilih usia muda (17-34 tahun) adalah kelompok terbesar, namun angka partisipasi mereka dalam pemilihan umum (pemilu), sebagai contoh, masih tergolong rendah. Faktor penyebabnya salah satunya karena kurangnya ketertarikan serta kurangnya pemahaman terhadap dunia politik yang rumit, serta adanya pandangan yang menganggap bahwa suara mereka tidak penting. Akan tetapi, di lain pihak, perkembangan teknologi serta media sosial justru membuka kesempatan bagi mereka untuk lebih aktif berinteraksi, mendiskusikan, dan bahkan mengorganisir pergerakan sosial. Beragam peristiwa sosial yang terjadi di seluruh dunia, seperti gerakan politik dan protes politik yang dipimpin oleh anak muda, menjadi bukti bahwa sebuah perubahan bisa dimulai dari generasi ini.
Interaksi melalui Media Sosial: Generasi muda Indonesia sangat akrab dengan penggunaan teknologi digital, yang memudahkan mereka untuk mengakses berbagai macam informasi serta diskusi mengenai politik. Sosial media menjadi saluran efektif dalam menyuarakan aspirasi politik serta keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan kampanye. Ini memberikan wadah kepada anak muda agar dapat berhubungan dengan isu yang berkaitan dengannya secara lebih luas dan tanpa terbatas oleh jarak. Peran dalam gerakan sosial dan politik: Selain pemilihan umum, generasi muda juga semakin aktif terlibat dalam kegiatan pergerakan sosial maupun politik berdasarkan isu seperti hak asasi manusia, kelestarian lingkungan, serta mewujudkan keadilan sosial. Beberapa contoh pergerakan semacam Fridays for Future atau aksi unjuk rasa tentang isu-isu terkait dengan lingkungan di Indonesia memperlihatkan bahwa anak muda mempunyai kuasa dalam mempengaruhi sebuah kebijakan publik. Meningkatkan Pendidikan Politik: Melalui edukasi politik dan peningkatan kepedulian politik yang lebih baik sejak dini maka kaum milenial dapat memahami dengan lebih baik akan arti penting dari hak pilih mereka. Edukasi berdasarkan pelibatan secara langsung di dalam proses politik, seperti pemilu dan debat, bisa memotivasi mereka untuk berpartisipasi secara lebih aktif.
Apatisme dan Gangguan Digital: Walaupun sosial media memberikan platform untuk diskusi, tidak sedikit anak muda terjebak dalam informasi tidak valid bahkan hoaks, sehingga dapat mengurangi rasa percaya mereka pada proses politik. Di samping itu, distraksi digital semacam itu sering kali mengambil fokus mereka dari isu politik yang sebenarnya lebih serius. Minimnya Infrastruktur Dan Aksesibilitas: Untuk banyak anak muda, khususnya mereka yang tinggal di area terpencil dan kurang maju, sulit mendapatkan pendidikan dan informasi tentang proses politik. Hal ini mencegah mereka untuk memahami pentingnya keterlibatan mereka dalam dunia politik. Dunia Politik Terlihat Kurang Relevan: Untuk banyak anak muda, dunia politik seringkali dipandang sebagai domain para elit sehingga tidak relevan dengan keseharian mereka. Adanya korupsi, diskriminasi, ketidakadilan, serta minimnya transparansi di dalam sistem politik memperburuk pandangan tersebut, dan membuat banyak orang memilih tidak terlibat dalam politik.Dalam meningkatkan angka partisipasi pemuda dalam politik, perlu upaya terpadu antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas. Pertama, akses bagi anak muda untuk ikut berpartisipasi di dalam proses demokrasi melalui penyelenggaraan proses edukasi politik secara lebih efektif serta inklusif. Lembaga Pendidikan perlu memberikan kesempatan bagi anak muda belajar serta terlibat secara langsung di dalam dinamika politik, baik itu melalui kegiatan simulasi pemilu, perdebatan, ataupun proyek- program sosial. Sementara itu, generasi muda itu sendiri harus menggunakan teknologi secara bijak, menggali sumber-sumber yang valid, dan memanfaatkan suaranya untuk mewujudkan sebuah perubahan. Sehingga, para generasi muda lebih siap menjadi agen pembawa pesan yang dapat mendorong perubahan demokrasi ke arah yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H