Mohon tunggu...
Eka Nugraha
Eka Nugraha Mohon Tunggu... -

Blogger dan jurnalis lepas, selain di blog pribadi ekajazzlover.wordpress.com juga menjadi penulis kontributor di ayongeblog.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Prestise Musik di Acara Musik

5 Februari 2010   01:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:05 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Coba sebut stasiun televisi yang tidak punya acara musik, hampir tidak ada. Setiap stasiun televisi kini punya acara musik andalannya masing-masing. Bahkan ada juga yang satu stasiun televisi dengan lebih dari satu acara musik. Okelah jumlahnya memang banyak sehingga patut diakui memang memberikan hiburan, sayang konsepnya tidak jauh dari beberapa aspek : host konyol, penonton bayaran (sekaligus penari alay) dan bintang tamu yang itu-itu saja. Nyaris tidak ada sesuatu yang baru.

Dua aspek di awal mungkin masih bisa diterima apalagi untuk penonton terlepas dari gaya dan tarian mereka yang sebenarnya juga bosan dilihat (buat saya pribadi) namun mereka berperan besar untuk kemeriahan acara. Sedangkan untuk aspek yang terakhir, menurut saya ini bisa jadi bumerang tersendiri. Mari kita buat hitung-hitungan kasar, satu acara musik di televisi seperti Dahsyat, Inbox, Derings kurang lebih berdurasi dua jam dengan jumlah bintang tamu 4-5 musisi sementara acara-acara ini biasanya tayang setiap hari ditambah lagi kalau membooking artisnya tentu ada persaingan dengan acara lainnya maka tidak heran kalau kadang-kadang kita menemui dalam jarak satu bulan atau bahkan kurang bisa tampil di acara yang sama (baru-baru ini saya menemui hal ini ketika band Armada tampil dua kali di Dahsyat RCTI dalam waktu kurang dari satu minggu). Oke buat artisnya mungkin memang tidak jadi masalah, mereka dibayar dan dengan banyaknya acara musik seperti sekarang ini jelas menjadi pemasukan yang sangat besar selain wadah promosi.

Tapi tidakkah kita sadar bahwa semakin lama acara musik di televisi kita sebenarnya mulai kehilangan prestisenya? Banyaknya acara musik ini sudah mulai menyampingkan kualitas, musisi indie jarang dapat tempat di acara ini, kemudian acara ini punya tangga lagu dan award yang bermaksud untuk memeriahkan acara masing-masing selain tentunya meningkatkan rating.
Sebelum lanjut, mari kita mundur sedikit beberapa tahun lalu ketika acara musik tidak sebanyak sekarang namun dari kualitas menurut saya patut diacungi jempol. Ada dua acara yang saya ingat cukup kuat :

1.VMI Video Musik Indonesia
Saya tidak tahu persis kapan acara ini muncul pertama kali pada tahun berapa. Acara yang tayang di RCTI ini dibawakan oleh Dian Nitami dan pada akhir tahun 1990-an digantikan oleh Chyntia Lamusu sebelum akhirnya dihentikan penayangannya. Acara ini membahas video klip, khususnya proses pembuatan video klip. Dengan durasi satu jam video klip yang baru beredar dibahas dari segala aspek, tidak hanya membahas video klip VMI juga melakukan wawancara dengan sutradar video klip atau artisnya. Kenapa acara ini saya anggap jempolan? Menurut saya acara punya konsep yang menarik dengan fokus membahas video klip saja. Kita jadi tahu seperti apa proses dan beratnya untuk membuat sebuah video klip, di sinilah kemudian kita bisa menghargai proses sebuah karya seni yang diwujudkan dalam sebuah video klip musik.

2.Clear Top 10
Sampai sekarang saya tidak tahu apa latar belakang sebuah produk shampoo membuat acara musik dengan format tangga lagu pula, tapi acara memang kemudian jadi acara yang populer. Muncul pertama kali di RCTI pada tahun 1999 (CMIIW), acara ini dibawakan oleh Dewi Sandra, kemudian Dewi ditemani oleh Bertrand Antolin sebelum digantikan oleh Roger Danuarta mulai tahun 2002. Dengan konten acara yang menyajikan format tangga lagu dengan jumlah 10 besar acara ini lebih jelas parameter naik atau turun di tangga lagunya, karena mereka menggunakan jumlah penjualan kaset dan CD di 14 kota di Indonesia, acara ini juga ditayangkan seminggu sekali sehingga dinamika tangga lagunya masih tergolong masuk akal.

Bandingkan dengan acara musik saat ini yang juga punya tangga lagu tapi parameternya tidak jelas, kenapa artis A ada di posisi 1 atau kenapa artis B ada di posisi 20? Sudah begitu tayangnya setiap hari sehingga perubahan posisinya tidak masuk akal, bahkan ada yang jumlah tangga lagunya 40. Lagi-lagi saya tidak tahu atas dasar apa mereka membuat tangga lagu macam ini, inilah yang saya maksud musik kita sudah kehilangan prestise. Tidak ada acara musik seperti dua acara di atas yang bisa jadi patokan dan punya nilai tawar lebih, baik untuk penonton apalagi artisnya. Ketika acara-acara seperti Inbox dan Dahsyat membuat award pun menjadi "biasa" saja. Oke acaranya memang meriah, tapi saya pribadi melihat itu tidak lebih dari sekedar upaya untuk meramaikan kehebohan masing-masing acara saja, tidak lebih! Siapa jurinya? Atas dasar apa penilaian mereka jadi pemenang?

Maka kalau menurut Kartika Jahja, otak cerdas di balik musiknya Tika & The Dissidents jurnalisme musik Indonesia butuh tamparan, menurut saya produser acara musik kita juga butuh tamparan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun