Kita tentunya sama-sama mendambakan kondisi yang tertib, aman dan damai dalam segala hal. Termasuk dalam suasana politik di Pemilu Presiden 2009 ini. Hadirnya 3 orang capres yang pernah disebut L4 (Lu Lagi, Lu Lagi) tetap membuat atmosfer Pilpres kali ini "panas", dalam arti kata masing-masing capres akan menggunakan banyak strategi untuk menghadapi kompetisi demokrasi ini.
Saling serang antar capres, klaim prestasi, kampanye hitam seolah "lumrah" dalam proses pilpres ini. Masing-Masing capres punya keunggulan dan semuanya sama-sama unjuk keunggulan tersebut. Tentunya tidak ada capres yang mau terlihat kurang bukan?
Fenomena saling unjuk kemampuan ini sebenarnya sangat wajar, tidak hanya dalam pilpres namun juga dalam kompetisi apapun. Sebuah kompetisi tentu memiliki aturan tersendiri, yang diharapkan dapat membuat kompetisi bisa berjalan bersih dan menarik bagi yang menonton.
Ada sebuah hal yang menarik terkait persaingan masing-masing capres ini. Kita sama-sama tahu bahwa ketiga orang capres ini pernah berada dalam satu kabinet yaitu kabinet Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarno Putri, dimana SBY dan JK masing-masing mejadi menteri. Namun coba perhatikan hubungan di antara ketiganya saat ini, bukan rahasia umum lagi kalau hubungan Mega dan SBY tidak akur lagi, terutama sejak SBY mengundurkan dari jabatan menteri. Sementara SBY dan JK seperti tidak "mesra" lagi setelah masing-masing maju sebagai capres.
Sehingga dalam perjalanan Pilpres ini ketidakakuran itu terlihat, terutama antara SBY dan Mega. Kalau bertemu dan bertegur sapa terbilang sangat minim frekuensinya sehingga ketika bersalaman, meskipun sebentar akan jadi berita yang luar biasa. Seperti ketika keduanya bersalaman sebentar saja di pengambilan nomor urut capres.
Kalau memang hubungan diantara ketiga capres tidak akur, tentu sangat disayangkan. Karena kepada ketiga orang pemimpin itulah harapan bangsa Indonesia 5 tahun ke depan ditumpukan. Siapapun yang menang dalam Pilpres semestinya mampu bekerja dengan baik dan tetap bisa bekerja dengan baik karena masalah pengabdian kepada negara itu bisa dilakukan oleh siapa saja, baik yang Presiden maupun yang tidak.
Masalah pengabdian inilah yang semestinya dipahami oleh semua capres, semuanya tentu saja ingin menang, tapi sayang sekali kalau hanya didasari nafsu kemenangan semuanya seolah halal dan sah dalam proses kampanye.
Melihat 3 sosok capres kali ini ada beberapa karakteristik yang cukup kuat dari masing-masing. Megawati dengan yang mewakili pihak oposisi kerap kali memberikan kritik tajam atas kinerja pemerintahan saat ini, lembut namun juga bisa tegas, SBY yang sistematis dan serius, serta JK yang cepat (dalam berbicara), lincah dan humoris.
Apabila dikaitkan dengan proses kompetisi yang sehat ada beberapa fakta menarik terkait komunikasi antar capres dan gaya berpidato, yaitu :
-Jabat tangan “bersejarah” antara SBY dan Mega di acara pengambilan nomor urut capres
-Jabat tangan kedua kalinya antara SBY dan Mega saat debat capres putaran pertama