Beberapa hari ini berita-berita baik televisi maupun internet diramaikan dengan kejadian penggerebekan sepasang muda-mudi di Tanggerang. Saking ramainya, sampai akhirnya berbuntut panjang dan kembali menjadi pembahasan karena para pelaku kekerasan dan pengarakan adalah perangkat desa setempat.Â
Banyak sekali yang membagikan kejadian tersebut melalui akun media sosial masing-masing warga yang merekam yang kemudian diteruskan pada akun-akun media sosial lainnya. Inilah kekuatan media yang tadinya dibagikan dengan maksud untuk memberitakan kejadian yang sebenarnya, tapi ternyata malah menyebarkan hal yang berbau kekerasan dan pornografi. Apakah salah bila mengupload hal-hal yang bisa menjadi viral?
Saya mencoba mencoba menanyakan kepada beberapa perangkat desa di wilayah saya di Jawa Timur. Hampir semuanya pernah menggerebek pasangan-pasangan seperti itu. "Tapi bedanya gak ada yang dimasukin berita kayak yang sekarang mbak." ungkap salahsatu RT di daerah saya.Â
Tindakan seperti itu dilakukan karena sudah meresahkan warga. Banyak warga net yang berkomentar negatif atas kejadian yang sedang viral salahsatunya "ah, itu akal-akalannya warga aja biar bisa liat cewek bugil!!". Banyak yang berkomentar tentang bagaimana pelaku yang sekarang menjadi korbandipukuli dan ditelanjangi. Tidak ada yang berkomentar tentang hal asusila apa yang mereka lakukan, padalah inti masalahnya adalah tindakan asusila yang dilakukan keduanya.
Mereka akan lebih perduli dengan apa yang sedang viral dibandingkan dengan tetangga mereka yang anaknya dipukuli bahkan sampai dibunuh oleh orangtuanya sendiri dengan alasan tidak viral.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H