Mohon tunggu...
Eka Juliana
Eka Juliana Mohon Tunggu... -

Lagukan opini ke dalam sebuah tulisan. Mari menulis dan katakan "HAI" pada Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pengusaha Muda Risoles Asal Klaten

13 Maret 2013   14:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:50 2953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Mungkin kita sudah tidak asing mendengar kata risoles. Makanan ini pada umumnya berisi wortel dan kentang. Namun kini, kita bisa menemukan risoles dalam empat varian rasa yang berbeda. Seorang pengusaha muda sekaligus mahasiswa di FISIP UAJY, P. H. Angga Purendra (22) yang akrab disapa Angga bersama ibunya melihat peluang usaha yang cukup meyakinkan dalam menjajakan risoles, karena bagi sebagian besar orang di Klaten risoles belum begitu poluler. Usaha ini sudah dipersiapkan dengan matang selama 6 bulan sebelum didirikannya, tepatnya pada Januari 2013. Mekipun tergolong baru, namun pembeli cukup antusias. Selain mempunyai usaha risoles, keluarga Angga juga mempunyai bisnis catering.

“Kalo untuk pelanggan sih baru semua. Pembelinya nggak cuma dari pelanggan catering. Malah lebih banyak pelanggan barunya. Pelanggannya bukan cuma dari orang Klaten aja, dari Jogja juga ada. Bahkan, pengurus desa juga mampir untuk mencicipi. Rasanya heran aja gitu, karena pengurus desa aja sampai mampir buat nyobain. Kadang juga orang yang pada naik mobil, turun dan ngeluarin duit sampai Rp 50.000 cuma buat beli risoles aja, ujar pria kelahiran Klaten, 31 Agustus 1991 ini.

Awalnya, menu risoles memang sudah ada dalam daftar catering. Namun, kini menu risoles menjadi menu tersendiri. Usaha risoles ini terbentuk karena Angga terinspirasi oleh seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang juga memiliki usaha risoles bernama L’risoles. Risoles ini dibuat oleh ibunya sendiri, dengan dibantu oleh dua orang karyawan yang bekerja di outletnya. Outlet ini buka dari pukul 11.00 sampai dengan pukul 19.00. Namun terkadang, pukul 14.00 mereka sudah tutup, karena stok sudah habis.

“Setiap harinya sih kurang lebih 150 risoles bisa terjual cuma dalam waktu 1 jam. Sebenernya itu juga belum memenuhi target kita ya. Harusnya sih tiap hari bisa jual sampai 200 risoles. Kalo hari Sabtu dan Minggu kadang bisa tembus sampai angka 200, ujar pria yang menjabat sebagai pemimpin umum TERAS Pers di kampus ini.

Bagi kita yang berada di wilayah Jogja dan sekitarnya, tidak perlu takut kelewatan mencicipi risoles dari Klaten ini. Kita bisa memesan risoles ini via SMS, Angga sendiri yang akan membawakannya untuk kita. Biasanya setiap hari Senin Angga akan membawakan risoles yang dipesan oleh teman-teman di kampus. Sedangkan untuk para pemesan dari wilayah Klaten mengirim pesan via SMS untuk memesan risoles. Kemudian mereka datang sendiri untuk mengambilnya. Untuk mempromosikan risolesnya, pria yang menempuh pendidikan semester 6 ini menggunakan jejaring sosial seperti facebook, twitter, web, serta kerja sama dengan media lokal yang ada di Klaten. Ia juga mempunyai kenalan seorang teman yang membantunya untuk mempromosikan risolesnya. Selain itu, promosi dari mulut ke mulut sangat penting.

Usaha risoles yang dikembangkan oleh Angga ini sangat populer khususnya di kampus. Banyak teman-teman yang memesan risoles Angga. Tanggapannya pun tak mengecewakan. Banyak teman yang memberikan komentar positif untuk rasa risoles tersebut. Ada yang kemudian ketagihan lalu memesan lagi. Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa risoles tersebut memiliki empat varian rasa, diantaranya risoles kentang, risoles jagung manis, risoles mayones dan risoles keju.

Melalui usaha yang saat ini ditekuninya, Angga juga menyampaikan harapannya ke depan untuk keberlangsungan usahanya tersebut. Ia ingin mempunyai outlet sendiri, karena saat ini ia masih menyewa outlet untuk tempat berjualan. Selain itu, ia juga ingin membuka cabang risolesnya di Jogja. Usaha ini juga dijadikan pengalaman untuk ke depannya. Melalui usaha ini ia bisa belajar bagaimana memulai bisnis kecil-kecilan. Ia juga bisa lebih mandiri.

“Kalo aku sih ya gak pengen muluk-muluk sampai ke luar pulau dulu. Kalo bisa ya sekitar Klaten sama Jogja aja dulu. Pengennya sih ya paling buka di Jogja. Soalnya kalo di Klaten kan kebanyakan pelanggannya ibu-ibu sama bapak-bapak. Kalo di Jogja kan banyak mahasiswa yang suka nongkrong gitu. Jadi ya peluangnya cukup memungkinkan kalo buka di Jogja, ujarnya.

http://soundcloud.com/mariagorettiekajuliana/untitled-mixdown

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun