Pendahuluan
Fenomena kampanye pilpres di media sosial, khususnya Instagram, mencatat kehadiran aktif artis pendukung pasangan Prabowo-Gibran, seperti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina. Keberadaan mereka di dunia maya menciptakan dinamika tersendiri dalam peta politik digital. Literasi media digital menjadi penting dalam memahami dan menghadapi fenomena ini, di mana pemahaman masyarakat terhadap informasi, filter bubble, dan faktualitas menjadi kunci untuk membentengi diri dari pengaruh kampanye digital yang seringkali terasa lebih personal.
Â
Analisis Konten Media Sosial
Instagram, sebagai platform visual utama, menjadi fokus kampanye dengan konten-konten menarik yang melibatkan artis sebagai influencer. Kampanye dilakukan melalui unggahan cerita, foto, dan video yang menyajikan narasi positif pasangan tersebut. Hashtag dan interaksi langsung dengan pengikut menjadi strategi utama dalam mencapai dampak yang maksimal.
Kritik Terhadap Peran Media Sosial
Kelebihan kampanye pilpres melalui media sosial mencakup jangkauan yang luas, interaktivitas, dan personalisasi pesan. Namun, kekurangan terletak pada potensi penyebaran informasi palsu, pembentukan opini yang bias, dan peran filter bubble yang mengisolasi masyarakat dari perspektif alternatif. Literasi media digital dapat membantu masyarakat menjadi lebih kritis terhadap informasi, memahami algoritma, dan mengenali upaya manipulasi.
Tantangan Etika dalam Kampanye Digital
Tantangan etika muncul dalam bentuk penyebaran informasi palsu dan kampanye hitam yang dapat merusak reputasi lawan politik. Selain itu, privasi individu juga menjadi isu serius. Literasi media digital dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan meningkatkan kesadaran akan kebenaran informasi, mengajarkan keterampilan verifikasi, dan menggalakkan etika berkomunikasi di ruang digital.
Kesimpulan