Lana berucap kemudian pergi meninggalkan Juan dengan harapan. Setidaknya Lana memberinya kesempatan. Ia tahu ia bodoh, tetapi ia tak peduli. Karena ia begitu menginginkan Lana. Sama seperti dahulu.Â
#############
Malamnya Juan datang ke rumah Lana. Sesuai perjanjian, ia datang cukup larut malam. Sekali, dua kali ia ketuk pintu rumahnya. Akhirnya setelah ketukan kelima, pintu terbuka. Lana mempersilakan Juan masuk dan duduk di kursi tamu.Â
"J, langsung saja. Apakah kamu yakin ingin bersamaku? Apa kamu siap menunjukan keteguhan hatimu?" Lana mencoba mengukur keteguhan hati Juan.Â
"Aa.... Ten.. Tu saja. Maksudku apa yang kamu butuhkan?" Juan tampak ragu. Juan kini bagai bocah labil yang bingung dengan pilihannya.Â
"Mari berburu bersamaku." ajak Lana. Ia melangkah menuju pintu dan menutupnya. Kemudian dalam sekejap, ia mengambil posisi berdiri di depan Juan.
Ia membaca beberapa mantra atau apalah itu yang tidak Juan mengerti. Kemudian mengarahkan tangannya ke leher. Dalam beberapa menit, sebuah kilatan cahaya merah menyelimuti leher Lana. Ia mencabut kepala dari tubuhnya dengan begitu mudah. Meninggalkan Juan yang berteriak histeris bagai bayi.Â
"Mama. Tolong. Dia ngelepasin lehernya lagi dong, demi apa? Bapa di surga, tolong anakmu ini." rengek Juan sambil memalingkan kepalanya. Badannya sudah merosot dari kursi sedari tadi. Perlahan ia mundurkan tubuhnya sembari merapalkan doa-doa yang ia bisa.Â
Lana tertawa horor. Seolah menertawakan tingkah konyol Juan saat ini. Usus dan jerohannya menjuntai di udara. Mengikuti kepalanya yang mendekat ke arah Juan.Â
"Jangan membual tentang cinta, J. Yang kamu incar hanyalah lapisan luarku. Jika benar kamu mencintaiku, kamu tidak akan ketakutan setengah mati melihatku seperti ini sekarang. Bagaimana, apakah kamu masih ingin membuat anak denganku?" tanya Lana sembari terus tertawa dengan horor. Membuat Juan bergidik sendiri.Â
"Aku masih tetap mau kok bikin anak sama kamu, tapi janji plis, bikin anaknya jangan pakai wujud begini." jawab Juan spontan yang membuat Lana tertawa terbahak-bahak. Bahkan sampai air matanya turun dari sudut mata. Kepala Lana mulai kembali ke tubuhnya. Kini penampilan Lana sudah kembali normal. Ia mendudukan dirinya di lantai.Â