Sebelum memasuki bulan Ramadhan saya sudah mulai menginformasikan kepada anak tentang puasa. Membuat sebuah"Story board" tentang berpuasa dan bagaimana melakukannya. Ada gambar jam saat sahur dan berbuka. Lalu jam di antaranya hanya berisi kegiatan tanpa ada jadwal makan.Â
Saat makan sarapan atau makan siang saya selalu mengatakan, "Nanti kalau puasa tidak ada sarapan ya, makannya pas sahur saja".Â
Terus-menerus saya mengatakan hal seperti itu berulang-ulang. Entah dia paham atau tidak.Â
Tantangan Hari Pertama
Hingga hari pertama Ramadhan pun tiba. Bagi kita yang sudah terbiasa puasa saja bangun sahur pertama rasanya berat. Terlebih bagi anak. Saya sengaja mengatur jadwal tidurnya lebih awal.Â
Seperti sudah diduga membangunkan bukan di waktu biasanya sungguh sulit. Hampir setengah jam saya berusaha mendudukkannya sebelum menggandengnya ke meja makan.
 Dengan mata masih terpejam dia pun duduk. Saya mulai menyuapinya makan. Awalnya dia hanya diam dengan mata terpejam tak mengunyah makanan di mulutnya. Saya mulai menyolek pipinya memotivasi.Â
Sahur pertama sukses dalam waktu satu jam menghabiskan seporsi nasi dan lauknya.Â
Menyuruh anak minum air cukup dalam waktu pendek menjadi tantangan berikutnya. Jadi saya target setengah gelas sekali minum dibagi per lima belas menit.Â
Hingga waktu subuh tiba. Puasa hari pertama dimulai. Karena masih mengantuk setelah subuh anak tidur lagi hingga sekitar pukul sepuluh. Saya biarkan saja untuk melihat pola yang baru.Â
Jam makan siang pun tiba, secara otomatis dia mencari ke meja makan. Saat tak menemukan apa-apa dia mencoba peruntungan ke dapur. Kembali saya jelaskan kalau sedang puasa tidak makan dan minum sampai adzan Maghrib nanti.Â
Awalnya dia marah kemudian mulai tantrum dan merengek-rengek. Kebulatan tekad saya mulai goyah. Tapi jika hari pertama saya kalah besok-besok anak akan mencari cara lain untuk membuat saya menyerah lagi.Â