Akhir-akhir ini sedang heboh dua artis yang tertangkap tangan melakukan transaksi sex dengan cara on line. Mereka ditangkap bersama 2 mucikarinya yang melakukan penawaran dengan cara on line. Kasus ini bukan kasus yang pertama,tapi saya yakin juga bukan akan menjadi kasus yang terakhir. Kita bisa melihat sudah berapa banyak transaksi sex dengan cara on line terbuka, dan apakah transaksi secara on line baru terjadi belakangan ini ? Jawabannya tidak.
Transaksi secara online sudah dilakukan sejak lama,jauh sebelum ada BBM, WA,TWITTER atau IG dan juga FB. Bagi yang pelum lama mengenal media sosial mungkin akan bertanya bagaimana mungkin jika semua aplikasi tersebut belum dikenal orang melakukan transaksi secara on line. KITA bIsa menengok sejarah ke belakang, dan mungkin sebagian besar pembaca tulisan ini juga mengenal mIrc.
mIrc atau media chating sebelum semmua media sosial tersebut dikenal adalah aplikasi komunikasi sosial juga dengan cara chating di jaringan internet,yang waktu itu hanya bisa dilakukan melalui komputer,karena belum ada tablet maupun smartphone. MIrc inilah yang digunakan oleh para pelaku transaksi seks secara on line. Penulis sendiri pernah memonitor dan melacak pola chating yang dilakukan selama hampir satu tahun sekitar tahun 2000-an,dan sudah disusun menjadi sebuah buku (tapi belum sempat mencari penerbit sampai sekarang). Pola yang dilakukan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan sekarang. Artinya sex on line sudah dikenal bersamaan dengan kian populernya internet. Lantas apa yang mereka cari dengan cara itu ? Kenapa tidak secara terbuka sekalian ?
Dari hasil penelusuran selama setahun tersebut banyak faktor yang menyebabkan mereka yang berpendidikan (karena kalau tidak berpendidikan kan tidak mengenal internet) terjun di dunia prostitusi. Dari beberapa faktor penyebab sebagian besar mengarah pada 2 hal, Â terlanjur jadi korban laki-laki dan gaya hidup. Korban laki-laki dalam pengertian mereka sudah dibohongi laki-laki padahal sudah terlanjur tidak perawan lagi, sedang gaya hidup karena tuntutan pergaulan sementara ekonomi orang tua tidak mendukung.
Dalam kasus NM dan PR (mungkin juga artis di bawah komando RA pada kasus sebelumnya) juga karena gaya hidup. Kita sudah paham bagaimana gaya hidup para artis kita, serba glamour,seolah-olah hidup di awan, dan itu tentu saja membutuhkan modal yang tidak sedikit. Lantas bagaimana jika artis tersebut artis yang kurang laku sementara sudah terlanjur masuk dalam lingkaran sosialita,mundur malu maju kurang modal. Untuk memenuhi itu semua satu-satunya cara yang paling mudah dan cepat ya menjual diri dengan modal track recordnya. Bagaimana tidak mudah jika hanya dengan modal tubuh hanya dalam hitungan 3 jam bisa mendapatkan uang 50-100 juta. Bisa jadi uang dengan jualan tubuh itulah yang digunakan untuk memnuhi gaya hidup, tidak jauh beda dengan sebagian kecil mahasiswa Bandung yang butuh ganti mode pakaian tiap minggu tapi tidak punya modal cukup, bahkan ada kasus yang sempat saya telusuri lewat chating sekedar untuk membeli HP terbaik, itu sepuluh tahun yang lalu.(ada penerbit yang minat melihat naskah saya mungkin).
Jadi sebetulnya kembali lagi pada pengendalia diri seperti yang dikatakan Asti Ananta (mudah-mudahan tetap bersih) bahwa hidup di kalangan artis godaan untuk masuk ke dunia jual tubuh itu banyak jalannaya kalau mau,tetapi sepanjang kita bertahan pada prinsip,dan tidak tergoda gaya hidup,masih bisa menolak permintaan itu. Nampaknya untuk kasus AA,SB,NM,PR adalah artis-artis yang tidak mampu bertahan untuk tidak tergoda dalam GAYA HIDUP artis yang glamor tapi job nyaris tidak ada, ya itulah jalan paling singkat mendapatkan modal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H