Mohon tunggu...
Iswasta Eka
Iswasta Eka Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan Dosen UMP

Certified Instructor Hypnotherapy,baru mencoba menulis 7 buah buku, 5 HAKI. Menulis di mass media sejak 1980 tersebar di Surat kabar dan majalah nasional maupun lokal, Tulisan kolom maupun cerpen dalam bahasa Indonesia dan Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Saat yang Berhijab Dilarang Lomba

28 Mei 2016   03:49 Diperbarui: 28 Mei 2016   04:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah kejadian yang cukup mengherankan terjadi lagi di negeri ini. Seorang pelajar SMP saat mengikuti O2SN tingkat SMP di cabang renang yang dilakukan di Malang didiskualifikasi gara-gara tetap kukuh memakai pakaian renang muslim. Hebatnya meskipun sudah didiskualifikasi si anak tetap melakukan start karena dalam lomba start memang harus dilakukan. 

Kejadian ini menjadi sebuah ironi ketika di dunia Internasional sudah mulai longgar dengan mengijinkan atlit-atlit berhijab (meskipun sebagian masih ada yang melarang), tetapi di negeri yang mayoritas muslim justru melarang. Jika kita lihat kembali ke pendidikan katakter anak bangsa,maka kukihnya si anak menunjukan keberhasilan pendidikan akhlak, tetapi anehnya justru institusi pendidikan sendiri yang menolak.

Kejadian ini mempertunjukan bagaimana sebenarnya sebagian dari tenaga pendidik ini ingin membangun karakter anak. Ini bukan soal isu SARA, tetapi sekali lagi saya menyoroti dari sisi membangun karakter atau akhlak anak. cukup mengherankan jika yang seperti ini dilarang tetapi justru sikap anak-anak yang masih SD saja semprot-semprotan cat saat merayakan kelulusan dibiarkan. Mengharukan jika pendidikan keagamaan yang berhasil dilarang,tetapi perusak moral justru dibiarkan. Rupanya ada yang salah dalam otak sebagian tenaga pendidik di negeri ini.

Saya kemarin baru saja mengunjungi sebuah obyek wisata. Ada kejadian yang membuat saya tersodok ketika melihat seorang guru dengan santainya merokok dikelilingi anak didiknya yang masih SD. Beberapa tahun yang lalu saya justru menegur seorang guru yang melatih upacara anak didiknya yang masih SD sambil merokok. Seperti inikah yang kita harapkan dari tenaga pendidik ? kita gencar gembar gembor tentang merokok itu tidak baik, kita mencoba mencegah agar anak-anak tidak mengenal rokok,tapi apa jadinya justru guru yang seharusnya menjadi tuntunan hanya sekedar tontonan yang menarik untuk diikuti. Ini,ah yang kita kehendaki.

Kembali ke soal atlet tadi, sungguh alangkah mengherankan jika dunia pendidikan sendiri yang akan mengenalkan anak didik untuk meninggalkan aqidahnya. RUpanya panitia O2SN tingkat SMP di Malang perlu diberi pencerahan agar mampu berpikir baik tentang pendidikan akhlak, dan kembali ke jalan yang benar. Semoga kita bisa belajar bersama untuk saling menghargai kepercayaan dan aqidah masing-masing tanpa memaksakan kehendak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun