Mohon tunggu...
Iswasta Eka
Iswasta Eka Mohon Tunggu... Dosen - Dosen PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Certified Instructor Hypnotherapy,baru mencoba menulis 7 buah buku, 5 HAKI. Menulis di mass media sejak 1980 tersebar di Surat kabar dan majalah nasional maupun lokal, Tulisan kolom maupun cerpen dalam bahasa Indonesia dan Jawa.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Generasi Melek Teknologi Tanpa Karakter

29 November 2015   19:21 Diperbarui: 29 November 2015   19:30 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jaman sekarang setiap keindahan alam demikian mudah terekspos karena media sosial,namun juga demikian mudah rusak karena ekspos media sosial. Sudah banyak contoh bukti ketika ada orang yang mengunggah tempat indah dan menyebutkan tempatnya,tak lama kemudian para remaja kekinian demikian mudah mengejar sekedar berselfie ria dan kemudian merusaknya.

Demikian pula halnya dengan bunga Amarylis yang biasa disebut dengan brambang procot. Pada awal terekspose memang luar biasa indahnya,bak di kebun bunga di Belanda. Namun begitu ribuan orang berdatangan sekedar untuk berselfi,rusaklah kebun bunga itu dalam hitungan hari,sirnalah segala keindahannya. Kerusakan itu lebih banyak terjadi karena ulah para remaja yang terdidik dan tidak gaptek dengan berselfie tanpa punya kepedulian lingkungan,misal berfoto ria sambil rebahan di atas tanaman dan bunga, atau duduk dan menginjak-injak tanpa merasa bersalah, seolah-olah itu kebun milik sendiri.

Memang pemilik kebun, pak Sukidi, tidak marah dan merasa lahannya terlalu sempit untuk menampung orang sebanyak itu, dan justru menyalahkan kapada kebunnya yang dibilang sempit (meski sebenarnya luas), tetapi patutkah kemudian kita bertindah seenaknya sendiri di kebun orang ? Sungguh sangat disayangkan status seorang gadis kuliahan bernama HESTI Sundari (nama yang ada di Facebook) yang dengan sombongnya membuat status yang jauh dari sikap cendikiawan yang punya kesalehan sosial. Kalau demikian siapakh yang salah? Pendidikan di sekolah ? Pendidikan orang tua ? Atau faktor lingkungan ? Kalau dia punya sifat seperti itu lalu bagaimana cara mendidiknya agar punya etika dan sopan santun dalam menghargai hak milik orang lain (dalam hal ini kebun milik pak Sukidi). Akhirnya semoga si gadis diberi jalan kebenaran dan tidak bersikap arogan, atau jika tidak bisa mungkin perlu dicuci otaknya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun