Tahun kedua menjadi taman kanak-kanak, bertemu dengan anak perempuan dari keluarga yang utuh. Tetapi tinggal bersama kakek dan neneknya, dimana orang tuanya sama-sama bekerja. Sering kali setiap masuk sekolah dia terlihat murung. Â Terkadang sebelum saya bertanya pada dia, anak ini sudah menghampiri saya , menceritakan keluh kesah saat di rumah. Ternyuh terkadang mendengar cerita anak sekecil itu tentang permasalah orang tuanya.
      Pada tahun ketiga, sya bertemu dengan anak yang luar biasa. Dimana  kata yang keluar pertama dari nak ini adalah umpatan untuk orang lain. Setiap masuk kelas hal yang pertama dilakukan adalah naik diatas meja, satu per satu teman dia berikan hadia umpatan dan ludahan. Saat itu saya mulai mencari tahu kehidupan anak ini di rumah. Ternyata dai tinggal bersama kakek dan neneknya, ibunya bekerja di luar kota kare beliau seoarang ibu tunggal. Dan kata umpatan itu dia dapatkan setiap hari dari keluarga dan teman sekitar. Karena selama ini diasudah mendapatkan lebel sebagai anak nakal , dia mencari perhatian dari orang-orang sekitarnya dengan bpemberontakan melalui umpatan-umpatan tersebut.
      Dari mereka saya belajar, seorang anak itu bukan hanya butuh orang tua yang lengkap. Lengkap dalam arti memiliki ayah dan ibu dalam satu keluarga yang utuh. Yang mereka butuhkan adalah kasih sayang dari keluarga dan orang sekitar. Dimana mereka membutuhakan rasa aman, kenyamanan,dukungan untuk mengenal dirinya, untuk mengenal lingkunganya, yang anak menjadi bekal anak tersebut untuk menghadapi lingkungan yang lebih luas. Â
Karena anak yang luar biasa buhan hanya anak yang tumbuh dari orang tua yang lengkap, tapi anak yang tumbuh dari orang tua yang dapat mendukung dna memberi kenyaman bagi mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H