Mohon tunggu...
Sri Pujiastuti
Sri Pujiastuti Mohon Tunggu... profesional -

nothing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memasyarakatkan Teknologi Informasi (IT) Terutama dalam Dunia Pendidikan.

25 Oktober 2010   00:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:08 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Catatan kecil dari Seminar Setengah Hari “The World is My Class”, 30 Mei 2009

Paradigma pendidikan saat ini telah mengalami perubahan. Pendidikan tidak saja dalam ranah rumah, sekolah dan lingkungan tapi sudah melingkupi dunia maya (cyber world).
Lantas perubahan yang seperti apa?...

“Saat ini dunia semakin mengglobal dengan kompleksitas dan modernisasi. Terjadi ledakan pertumbuhan di bidang Informasi dan komunikasi”. Begitu menurut Satria Dharma (Ketua Klub Guru Indonesia) dalam Seminar tersebut. Mau atau tidak kita sudah berada dildalamnya, dalam dunia teknologi informasi yang deras perkembangannya walaupun masih terjadi secara gradual. Lalu langkah apa yang efektif untuk memasyarakatkan Teknologi Informasi (TI) terutama dalam dunia pedidikan?.

Kenyataan inilah yang banyak menyentuh dan membuat banyak perubahan disetiap sisi kehidupan juga termasuk dunia pendidikan. Kita bisa menempatkan bahwa pendidikan integral dalam TI (Teknologi Informasi). Atau juga sebaliknya. Tapi dalam TI dan Pendidikan masing-masing mempunyai komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain. Dimana ketika komponen-komponen itu mengalami perubahan akan juga mempengaruhi komponen lainya. Dan guru dan siswa merupakan beberapa dari komponen tersebut.

“Mungkin” hal itu tidak menjadi masalah jika guru-guru yang lebih dulu mengenal (maju) dalam konteks perubahan TI tersebut. Hal itu berbanding terbalik dengan fakta yang ada terutama di kota-kota besar. Istilah-istilah email, facebook, friendster, google (Search engine), blog, download, upload, dan sebagainya sudah akrab di kalangan pelajar/siswa. Dan semuanya hanya bisa kita jumpai di dunia maya, dunia yang merupakan gambaran masa depan. Padahal pendidikan seharusnya didesain untuk menyiapkan siswa untuk hidup di masa depan. Sementara guru sebagai ujung tombak pendidikan sendiri tidak, belum, atau kurang bersentuhan dunia TI itu seperti apa.

Berangkat dari kondisi tersebut, “melek TI” untuk selanjutnya peranan strategis TI untuk pendidikan menjadi hal yang cukup mendesak (urgent) diantara setumpuk persoalan dunia pendidikan kita yang masih banyak tak (belum) bersolusi. Seberapa besar pendidikan menjadi nafas kehidupan setara itulah kita bisa menakar urgent (mendesaknya) masalah tersebut.

Dalam seminar setengah hari “The World is My Class”, 30 Mei 2009, pembicara Prof. Dr. R. Eko Indrajit, M. Sc ( Praktisi TI dan Pemerhati Pendidikan ), memaparkan jawaban atas masalah tersebut. Pertama dari diri kita sendiri, kedua belajar untuk “melek TI”, dan ketiga menjadi “dukun” TI, maksudnya bersedia membantu orang-orang (guru) yang butuh informasi atau belajar tentang TI. Ketiga poin tersebut cukup efektif untuk menjawab permasalahan, jika sarana dan regulasi terpenuhi walaupun tidak sepenuhnya.

Sarana dan regulasi yang ada merupakan komponen lain yang erat kaitannya dengan permasalahan tersebut. Klasik memang!… keduanya memang bisa kita anggap sebagai penunjang dari solusi tersebut. Atau dengan kondisi sarana dan regulasi yang seminim mungkin, kita masih bisa memasyarakatkan TI. Dengan konsekuensi kita akan bekerja dua kali lipat (lebih berat).

Layaknya sebuah profesi adalah konsekuensi logis adanya tuntutan profesionalisme. Dimana hal itu bisa dilihat dari kemampuan guru tersebut melaksanakan pembelajaran secara efektif, bermakna dan meyenangkan. Ada hal lain yang harus diingat bahwa guru adalah manusia biasa, yang perlu juga memenuhi kebutuhan lain baik materi juga non materi. Minimal untuk kebutuhan primer sehari-hari. Pekerjaan berat yang dilakoninya akan semakin berat ketika amanat sebagai guru bersinggungan dengan sisi sebagai manusia biasa tadi.

Guru yang berhasil adalah guru yang bisa menciptakan manusia-manusia pembelajaran. Sampai pada tahap ini, pada akhirnya semuanya hanya bisa tergantung pada individu masing-masing (guru-guru). Atau setidaknya wacana ini bisa membuka dan menginspirasi wawasan para pendidik/guru dalam meningkatkan profesionalisme guna menghadapi era digital di dunia pendidikan.
**_**

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun