Mohon tunggu...
Mr Irfandi
Mr Irfandi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pedagang

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Debat dan Perundingan Panjang Krisis Eropa

25 Februari 2012   14:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:26 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="452" caption="sumber foto : inilah.com"][/caption] Berlarutnya penyelesaian krisis eropa terus menjadi pembicaraan. Ulasan media, seminar krisis ekonomi, hingga dosen-dosen pun tak kalah ingin untuk mengomentari  kondisi ini. Mulai dari lembaga keuangan hingga investor masih terus menunggu kesepakatan demi kesepakatan agar tercapai keputusan terbaik untuk segala pihak. mampu kah? Expected risk yang tinggi membuat para pelaku ekonomi mulai membiasakan untuk menahan diri. Tentu saja demikian, pasar di seluruh dunia pun dipaksa “naik-turun” akibat pengumuman-pengumuman dan informasi dari pertemuan-pertemuan para pemimpin eropa. Layaknya lakon yang menjadi tontonan menarik yang ditunggu-tunggu. Analis pun semakin giat mengutarakan analisanya. Bahkan, sang “peramal kiamat” Nouriel Roubini lebih sering sekali mengutarakan analisanya disbanding krisis 2008. Menunggu ditengah ketidakpastian.” No expansion” menjadi pilihan para investor dan lembaga keuangan terutama di eropa. Hal ini buruk karena akan menyebabkan menurunnya investasi atau jumlah modal asing yang masuk. Skenario penghapusan (write off)  utang yunani sebagian yang digulirkan malah membuat ketegangan lain. Dilema untuk jerman. Seperti kita ketahui bahwa jermen merupakan pemilik terbesar obligasi yunani, sebesar US$ 22,7 milliar. Sebuah angka yang fantastis. Dan sebagian besar dimiliki bank terbesar jerman, yaitu Deutsche Bank AG.  Focus terbelah, antara kepentingan pribadi atau kawasan, antara stabilitas perbankan mereka atau menyelamatkan ekonomi negara-negara kawasan. Memang bukan hanya jerman yang akan dirugikan, inggris pun demikian. Yang lebih parah adalah muncul ketidakpercayaan pada system perbankan eropa. Hal ini akan membawa krisis yang lebih parah karena perbankan di eropa, terutama jerman, sangat besar perannya dalam kegiatan ekonomi. Fiscal integration pun diisukan. Banyak yang menilai, eropa semakin berani jika mengambil kebijakan ini. Kebijakan yang akan membuat eropa semakin terintegrasi. Tujuannya adalah pemotongan pajak serentak dan secara keseluruhan negara mengurangi anggaran belanjanya. Seorang awam pun akan sadar bahwa integrasi moneter yang telah dilakukan saja berbuah badai besar, apa lagi integrasi yang lebih besar? sanggupkan sistem berjalan baik? mereka mungkin harus belajar terlebih dahulu untuk keberagaman. Karena bisa jadi ide integrasi lebih dalam tersebut membawa pada krisis multidimensi, terutama akibat krisis SARA. Pemangkasan suku bunga telah dilakukan oleh beberapa bank sentral. ECB sendiri telah memangkas suku bungannya hingga 0,25%. Jelas sekali bahwa implikasinya adalah outflow modal. Perlambatan pun tak terelakkan. PHK pun menjadi pilihan lain dari berbagai lembaga keuangan eropa. Hingga saat ini lebih dari 60000 orang telah hilang pekerjaan. PHK besar-besaran tersebut dilakukan demi menghemat pengeluaran.  Mulai dari UBS AG, HSBC, Barclays, royal bank of Scotland hingga credit suissse. Banyak yang menilai bahwa tingkat kerumitan dari krisis eropa lebih tinggi. Integrasi moneter yang dibanggakan dahulu sekarang telah rapuh, goyah karena egoisme masing-masing negara. Tidak ada negara yang ingin ditumbalkan. Ini lah yang membuat kesepakatan sulit dibuahkan. Padahal, sudah terhitung puluhan pertemuan tingkat tinggi telah dilakukan yang secara khusus untuk membuat kesepakatan terbaik untuk penyelamatan eropa. Jika terus berlarut, semakin tingginya espektasi resiko dan akan membawa pada krisis yang lebih dalam lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun