Harusnya tepat tanggal 17, secara tak sengaja dan bisa dibilang kurang tega. Aku memutuskan untuk melakukan konfirmasi dengannya. Sungguh diluar dugaan respon yang masih sama-hangat dengan eksekusi langsung. Ya itulah kamu.
Adakalanya naik turun, sebab kamu juga kurang jeli dalam meneliti. Tentunya aku tak serta-merta menyalahkan mu, aku hanya akan berbicara sudut pandang ku. Aku sangat yakin, sudut kita berbeda. Semoga tidak saling menyakiti.
Aku memintamu untuk peka, tapi aku sendiri sadar kamu itu bagaimana nya, karena aku terlalu letih meminta dan tak kunjung datangnya kabar. Aku selalu berasumsi tanpa menilik keberadaan mu.
Aku minta maaf untuk waktu yang panjang, seumpama memang kurang sopan, mau diapakan lagi ya ini lho aku. Aku member-usahai diri agar tak bertopeng- selepas mungkin saja bertemu.
Aku suka suaramu dan entah aku belum menemukan warna didalamnya.
Aku masih menebak bagaimana secara visualnya.
Aku masih saja terngiang dengan suara mu, tepatnya khas.
Mungkin, bisa jadi. Maksudnya memang benar terdiri dari beberapa kombinasi.
Terimakasih untukmu, kamu orang yang selalu hangat menyambut, padahal akunya selalu membuat gaduh untukmu. Terimakasih pula kalau memang kita satu sisi - depan belakang, setidaknya tidak berlawanan (rasa + pemikiran) aku tahu dan sadar, aku akan menguraikan nya "saat itu". Aku terlalu takut untuk mengambil kesederhanaan untuk pola pikirku. Terimakasih, aku menemukan setapak bahagia, kala itu.
Kimi ni todoke|
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI