Entah mulai sejak kapan saya suka liatin kompasiana, mungkin ketika banyak tulisan kompasianer di-share di facebook, ketika saat hiruk-piruk pemilu, ketika orang pada berdiri di nomor 1, atau 2. Entahlah, tapi saya cukup bahagia dengan kompasiana yang sekarang nge-hits di dunia maya. Setidaknya, setelah zaman wordpress atau blogger, ada satu wadah asli Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa aslinya, sebagai tempat menuangkan buah pikiran atau sekedar uneg-uneg.
Saya suka menulis, tapi kesibukan setiap harinya membuat saya lupa dengan hobi ini. Saya ingin tulisan saya dibaca, diketahui, tapi saya juga takut akan dikritik dan diingkari. Saya suka membaca komentar, tapi saya jarang menulis ataupun membalas komentar. Saya ingin masuk dalam dunia ini, tapi saya takut tersesat di dalam kerumunan dunia maya ini. Tapi entahlah, hari ini saya membuat akun juga.
Ketika membuat akun ini, saya dihadapkan pilihan, menghadapi dunia maya dengan identitas maya, atau identitas riil. Jika menghadapi dunia maya dengan sesuatu yang maya, saya merasa diri saya lebih aman, setidaknya semua komentar atau opini bukan untuk saya, tapi milik akun ini semata. Setidaknya orang tidak tahu siapa saya sebenarnya. Tapi ini malah menjadi ajang membohongi diri sendiri. Kita hidup di dunia nyata, kadang harus melihat air muka orang, kadang harus berpura-pura, kadang kita ingin marah tapi tidak boleh. Kita hidup dalam setiap keterbatasan ekspresi dan penganiayaan batin, apa yang tidak boleh kita  ucapkan, lakukan, segala kodrat duniawi yang harus kita patuhi untuk menjadi manusia beradab dan bermartabat. Bagi saya, itu adalah kewajiban bagi setiap manusia, supaya kita bisa tetap hidup dalam tatanan yang damai.
But, every human has their insane side. Sometimes, we have to release the beasts inside. Jadi, biarlah, dengan risiko, tulisan saya tidak disukai orang, tulisan saya terlalu ekstrimis, saya membiarkan buah pikiran saya, anak-anak saya dilepas ke dunia ini. Biarlah mereka dicerca, ditentang, atau saya nya yang dicerca di sana. Setidaknya saya berani menyampaikan apa yang ada di dalam hati saya. Hidup tidak selalu bahagia, biarlah kadang putih kadang hitam kadang abu-abu. Manusia memang butuh kesulitan untuk menjadi kuat.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H