Bagaimana rasanya jadi orang tak mampu, yang dagangannya tidak laku? Aku tak tau, Coba tanyakan kepada pak Ocop, beliau adalah seorang pedagang kaki lima yang menjual mie ayam di pinggir embong dekat kampusku. Dagangannya sangat sepi karena banyaknya persaingan sengit. Hingga akhirnya pak Ocop memutuskan sesuatu agar dagangannya Kembali ramai pembeli.
Pada suatu hari di siang hari dengan terik matahari, menyapa hari -- hari ku dengan keringat di dahi. Begitupun juga dengan pedagang mie ayam, yaitu pak Ocop. Seperti biasanya pak Ocop berdagang di pinggir embong.
Tak sengaja aku melewati dagangannya di siang hari itu sepulang dari kampus, Nampak sangat sepi dan suram seperti raut wajah pak Ocop yang sedang meratapi nasibnya. "kasian kali bapak itu" ucapku dalam hati.
Aku adalah seorang mahasiswi tingkat akhir yang sering melewati mie ayam pak Ocop sepulang ngampus. Seringkali terlihat sangat sepi pembeli, namun pada suatu hari seperti biasanya sepulang dari kampusku aku selalu melewati dagangannya. Pada hari itu terlihat ramai sekali pembeli yang sedang mengantri di mie ayam pak Ocop. Sontak aku kaget karena tak seperti biasanya ramai pembeli seperti itu, namun aku hiraukan saja dan kulanjutkan jalanku menuju kos. Akupun menjalani hari -- hariku seperti mahasiswi pada umumnya, yaitu sebagai mahasiswi kupu-kupu, kuliah pulang -- kuliah pulang haha. Pada hari itu aku sengaja mampir ke dagangan kaki lima pak Ocop untuk membeli mie ayamnya yang semakin hari semakin ramai pembeli. Saat aku memasuki kios nya aku dibuat kaget dengan adanya pocong berwajah hijau gelap kehitaman yang sedang berdagang di panci mie ayam, pocong tersebut mengeluarkan lidah nya dan menjatuhkan air liurnya kedalam kuah mie ayam tersebut. Pak Ocop pun kaget saat melihat aku dengan mata melotot, ia menyadari bahwa aku melihat adanya pocong yang sedang berdagang di dekat panci tersebut.
"Lihat apa kamu?!" tanya pak Ocop kepadaku, akupun terpaku sambil menunjukkan tanganku kearah panci itu. Tak hanya itu pembeli juga kaget saat melihatku terpaku, saat itu banyak pembeli yang bertanya -- tanya kepadaku mengapa aku melotot dan terpaku saat melihat panci mie ayam pak Ocop. "I itu ada pocong?!!" jawabku sambal terbata -- bata. Pengunjung terkejut dan meninggalkan tempat itu. Tak lama dari kejadian tersebut, dagangan kaki lima pak Ocop Kembali sepi. Ia sangat menyesali perbuatannya, jika saja pak Ocop tidak menggunakan pocong dagang sebagai pelaris, dagangannya tetap laku walaupun tidak ramai pembeli.
Langit gelap disinari bintang -- bintang kecil, laut tenang, dan angin bertiup kencang. Malam itu pak Ocop meratapi nasibnya Kembali dan menyesali semuanya yang telah terjadi. Semenjak kejadian itu pak Ocop mengerti artinya bersyukur. Bersyukur atas yang telah diberikan oleh Tuhan kepada pak Ocop.
Setelah itu, kehidupan beliau berubah total, menjadi lebih sering beribadah dan memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H