Demam merupakan bagian dari “early warning system” yakni peringatan dini yang diberikan tubuh dalam merespon suatu gangguan yang dirasakan tubuh. Demam adalah suatu kondisi dimana suhu tubuh meningkat lebih dari 37,5°C, sedangkan suhu normal tubuh manusia berkisar antara 36-37,5°C. Peningkatan suhu dapat terjadi secara cepat atau perlahan-lahan. Peningkatan suhu secara cepat dapat terjadi pada infeksi virus (campak, demam berdarah Dengue dll), atau pada kasus dehidrasi akut. Sedangkan peningkatan suhu secara perlahan-lahan dapat terjadi pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Umumnya, balita belum mampu mengungkapkan keluhan, sehingga pengenalan karakter demam pada balita perlu dikenali oleh orang tua / pengasuhnya. Gangguan tubuh yang dirasakan oleh balita dapat berupa dehidrasi (kekurangan cairan), trauma (terjatuh, luka bakar atau paska operasi), tumbuh gigi, kurang istirahat, dan kelaparan. Sedangkan penyakit yang sering didahului dengan demam adalah penyakit demam berdarah dengue, demam tifus dan lain-lain (demam bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan bentuk gejala yang mengarah baik pada gangguan tubuh maupun suatu penyakit).
Sebelum orang tua panik, ada baiknya mengamati bagaimana karakteristik demam yang dimiliki oleh balita. Hal ini diperlukan dalam menentukan penanganan lebih lanjut. Syarat utama tentu orang tua harus memiliki alat pengukur suhu (thermometer) dan tahu cara mengukurnya. Pengukuran suhu tubuh balita tempat terbaik adalah di mulut atau anus (core temperature). Pengukuran ketiak umum dilakukan, namun memiliki perbedaan hasil pengukuran sampai dengan 0,5°C. Saat ini dengan thermometer khusus (infra merah) juga dikenal pengukuran suhu melalui liang telinga atau dahi yang tidak memerlukan penempelan alat. Untuk thermometer air raksa, sebelum alat dipergunakan, pastikan air raksa pada posisi terbawah dengan cara mengkibas-kibaskan thermometer. Masukkan bagian metal thermometer pada mulut dan diamkan selama ±5 menit baru kemudian baca hasilnya.
Pengenalan demam dengan sistem ‘lampu lalu lintas’
Inggris mengembangkan pengenalan demam dengan system ‘lampu lalu lintas’, dengan kategori demam ‘lampu hijau’, ‘lampu kuning’ dan ‘lampu merah’. Demam ‘lampu hijau’ merupakan demam yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan perawatan di rumah sakit. Karakter demam ini adalah suhu tidak melebihi 38°C (anak kurang dari 3 bulan) atau 39°C (anak 3 bulan sampai 5 tahun), tanpa adanya bercak atau perubahan warna dikulit, bibir masih tampak basah (status cairan balita masih baik), menangis normal, tidak tampak mengantuk berat, dan tidak memiliki gejala demam ‘lampu kuning’ atau ‘lampu merah’.
Demam ‘lampu kuning’ memerlukan penanganan di dokter umum, sedangkan demam ‘lampu merah’ memerlukan penanganan dokter spesialis anak dan perawatan di rumah sakit. Demam yang memerlukan bantuan dokter diantaranya demam tinggi (lebih dari 38°C atau 39°C sesuai umur), demam yang disertai dengan salah satu gejala seperti muntah, kejang, penurunan kesadaran, kaku kuduk, frekuensi nafas yang cepat (lebih dari 50 kali permenit pada anak usia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 40 kali permenit pada anak usia lebih dari 6 bulan), warna kulit pucat, merah hingga kebiruan. Pengenalan demam dengan sistem lampu lalu lintas membantu mengarahkan orang tua kapan harus membawa balitanya ke dokter.
Gambar sistem "traffic light" demam pada balita (doc. pribadi)
Keterangan gambar. Tindakan orang tua. Demam ‘lampu hijau’ dapat dilakukan penanganan dirumah, awasi adanya gejala tambahan; Demam ‘lampu kuning’ dapat dilakukan pertolongan pertama dan konsultasikan dengan dokter umum terdekat; Demam ‘lampu kuning-merah’, tetap lakukan pertolongan pertama dan atas penilaian dokter umum dapat dirujuk ke spesialis anak; Demam ‘lampu merah’, balita sesegera mungkin dirujuk ke fasilitas perawatan dengan dokter spesialis anak.
Mengenal demam berdarah dengue
Demam berdarah dengue (DBD) memiliki pola demam virus, yang ditandai dengan demam tinggi mendadak, pada balita yang telah bicara dapat mengeluh nyeri kepala hebat, terutama dibelakang bola mata, mengantuk, mual dan muntah. Tanda-tanda perdarahan dapat terlihat seperti bercak-bercak (bintik-bintik) kemerahan tidak teraba dikulit, mimisan dan muntah darah atau feses berwarna merah / hitam. Namun akhir-akhir ini, tanda-tanda perdarahan sering tidak ditemukan pada demam hari kesatu hingga kelima, sehingga kesalahan diagnosis masih sering terjadi. Disarankan untuk memberi obat penurun panas jenis paracetamol.
Jika gejala diatas masih tersamar, namun kecurigaan demam berdarah dengue masih belum dapat disingkirkan, perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, dan deteksi antigen NS-1. Antigen NS-1 dapat dideteksi secara cepat di laboratorium klinis ternama, dengan pembacaan hasil kurang dari 2 jam.
Mengenal demam tifoid (tifus)
Demam tifoid pada anak balita adalah jarang. Asosiasi Dokter Anak Amerika dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa demam tifoid baru dialami anak pada usia 6 tahun. Meski demikian hasil penelitian ini masih memerlukan penelitian lanjutan untuk situasi di Indonesia. Gejala demam tifoid pada balita mirip dengan dewasa, demam naik perlahan terutama disore hari dan menurun pada pagi dan siang hari. Namun hal ini bukan yang baku, karena demam dapat dibarengi dengan gejala flu, seperti batuk dan sakit tenggorokan. Pada balita yang belum bicara, demam dan penurunan nafsu makan secara drastis merupakan gejala yang dominan. Pemeriksaan darah rutin dan deteksi antibody (Tubex®) perlu dilakukan untuk mengkonfirmasi demam ini.
Mengenal kejang demam
Kejang demam merupakan demam (biasanya demam tinggi) disertai dengan gejala kejang-kejang. Prinsip penanganan kejang demam adalah: Pertama, redakan kejang dengan segera. Meredakan kejang dapat dilakukan sendiri dirumah dengan diazepam rectal (Stezolid®). Cara pemberian stezolid adalah memasukkan ke dalam anus dengan memposisikan anak miring ke kiri dengan kedua paha di lipat, buka tutup stezolid kemudian masukkan ke anus sedalam 1-2 cm, tekan obat Stezolid. Pada balita dengan berat badan kurang dari 10 kg, pemberian stezolid diberikan setengah dosis sedang pada balita dengan berat badan lebih dari 10 kg, stezolid dapat dihabiskan. Segera bawa ke rumah sakit terdekat. Jika tidak memiliki stezolid, segera kompres balita anda menggunakan kompres air hangat (lihat penanganan demam balita dibawah) dan masuk langkah kedua. Kedua, cegah lidah jatuh kebelakang. Pada balita yang kejang, lidah dapat jatuh kebelakang dan menyumbat jalan nafas. Pencegahan yang termudah adalah memasukan sendok (bahan plastik) ke dalam mulut dengan punggung sendok menghadap laingit-langit mulut. Posisikan sendok diantara lidah dan langit-langit. Cara lain adalah dapat memberikan tabung bahan plastik yang bersih dengan diameter 1-2 cm (seperti batang bekas spidol atau selang). Cara kedua ini lebih menjamin jalan nafas tetap terbuka. Yang perlu diperhatikan pada pencegahan lidah jatuh ini adalah bahwa penyangga lidah harus selalu dipegang oleh orang tua / pendamping, jangan sampai melukai rongga mulut balita. Ketiga, anak dengan kejang memerlukan perawatan di rumah sakit untuk mencegah kejang ulangan dan penanganan penyebab demamnya.
Penanganan demam balita dirumah
Yang perlu diperhatikan oleh orang tua dalam menangani balita demam di rumah adalah pemberian air minum sedikit-sedikit namun sering. Anggap semua balita dengan demam memiliki potensi dehidrasi sehingga pemberian air minum merupakan hal yang utama. Pemberian obat penurun demam tidak menggantikan peran air minum tersebut. Perhatikan warna air kemih anak, jika berwarna keruh sampai dengan kekuningan, pemberian cairan masih terus dilanjutkan sampai air kemih berwarna jernih kekuningan. Pemberian air minum selain dapat mencegah atau mengatasi dehidrasi ringan juga dapat membantu menurunkan suhu tubuh melalui mekanisme pembilasan. Pemberian air minum hangat lebih dipilih selain karena suhu tubuh normal balita juga hangat, pemberian air hangat memudahkan penyerapan air diusus. Pemberian obat penurun panas dapat diberikan segera. Pemilihan paracetamol lebih aman dibandingkan ibuprofen. Amati nafsu makannya, jika nafsu makan masih baik, berikan makan secukupnya. Pemberian kompres air hangat dapat membantu menurunkan demam, dengan meletakkan kompres pada kedua ketiak, pusar dan dahi.
Jika seluruh upaya sudah dilakukan, pemeriksaan suhu dapat diulang tiap 4-6 jam sekali. Penurunan demam setelah pemberian parasetamol dapat terjadi 1 jam kemudian. Jika anak tidak muncul demam kembali dalam 24 jam setelah pemberian parasetamol terakhir, maka masa 'khawatir' anda telah lewat.
Semoga bermanfaat
dr. E. Hagni Wardoyo, SpMK
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H