Lambau, sebuah hutan kota yang berada di jalan Ikhwan Ridwan Rais atau lebih dikenal dengan Tanjung. Nama Lambau sendiri berasal dari bahasa Belanda: Landbouw yang artinya pertanian, maklum lidah orang Jawa mungkin tidak bisa melafalkan dengan sempurna sehingga ‘melenceng’ menjadi Lambau. Lambau pernah menjadi inspirasi bagi penulis dari Malang, Ratna Indraswari Ibrahim dan diwujudkan dalam sebuah novel berjudul Lemah Tanjung. Selain sebagai hutan kota, dahulu di Lambau juga terdapat lapangan tembak, perkebunan, persawahan, lapangan sepakbola dan berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Selain itu di tempat ini pernah ada SPMA (Sekolah Penyuluh Pertanian) yang sekarang telah berganti nama menjadi STTP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian) dan dipindah ke Jl. Dr. Cipto Bedali, Lawang. Selain itu di Lambau juga ada beberapa rumah mewah milik orang keturunan Thionghoa, saya pernah berangan-angan betapa senangnya jika memiliki rumah di sana. Bagi saya pribadi, Lambau menyimpan kenangan masa kecil saya saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Sebulan sekali saya dan teman-teman diajak oleh guru olahraga kami untuk berolahraga di sana. Kebetulan memang letak sekolah kami dekat dengan Lambau, perjalanan ke sana cukup ditempuh dengan jalan kaki saja. Di sana, biasanya kami memainkan berbagai macam jenis olahraga, yang paling sering adalah sepakbola dan bola kasti. Kenangan yang paling membekas bagi saya adalah saat bermain sepakbola di tengah guyuran hujan yang begitu deras dan akibatnya kami semua pulang ke sekolah dengan baju olahraga basah kuyup dan penuh bekas lumpur. Di luar jam sekolah, saya juga sering bersepeda ke sana melewati area perkebunan coklat dan menikmati pemandangan hutan yang asri dan hijau. Siapa menyangka di hutan yang kecil itu seringkali ditemukan beberapa species semacam ular sanca, burung rangkok, kepodang dan sebagainya oleh warga sekitar. Menginjak bangku SMP saya sudah jarang bermain ke Lambau dan tahu-tahu area hutan kota itu dipagari dengan seng-seng. Selain itu juga rumah-rumah mewah yang ada di dalamnya juga ikut dikosongkan. Menurut informasi yang saya dengar saat itu, Lambau sudah dibeli oleh Tommy Soeharto dan akan dibangun perumahan di sana. Sempat terbengkalai beberapa tahun, akhirnya di Lambau dibangun perumahan elite INR. Dan kini, yang tersisa dari Lambau hanyalah sebuah area lapangan dan hutan yang tak terurus. Saat saya ke sana, keadaannya sudah sangat berantakan. Bangunan SPMA yang dulu berdiri kokoh menghadap pintu masuk Lambau kini tinggallah puing-puing seperti bangunan yang habis terbakar. Di dalamnya ditumbuhi tanaman dan semak belukar. Beberapa warga memanfaatkan lapangan yang tersisa untuk menggembalakan hewan ternaknya seperti kerbau, ada juga yang mencari rumput dan berburu burung-burung liar di hutan yang masih tersisa. Entah akan dibangun apalagi di Lambau, dulu sempat terdengar rencana akan dibangun sebuah mall. Jika memang benar maka habislah sudah ruang terbuka hijau yang masih tersisa ini. Namun saya berharap semoga pemerintah kota Malang terketuk hatinya untuk membenahi kembali Lambau dan menjadikannya hutan kota yang bermanfaat bagi lingkungan dan warga sekitar. *sumber data: http://anak-negeri.blogspot.com http://wikimapia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H