Judul di atas sesungguhnya masih termasuk ruang lingkup diduga. Berhubung beberapa bulan belakangan para pakar dan elite negeri ini kerap ngomong kata di duga, jadi saya juga sebagai warga negara tidak merasa bersalah untuk membuat sebuah opini yang tentu saja judulnya saya duga-duga.
Bermula dari meledaknya bom buku pertengahan maret lalu, yang ledakanya persis ledakan mercon, karena kecil-kecil, banyak dan bikin berisik, para pakar dan ahli intelejen mulai sibuk membuat berbagai macam dugaan. Yang bikin tambah bingung, dugaan para pakar tersebut juga ternyata saling tidak seragam.
Pakar A misalnya menduga kejadian tersebut di latar belakangi persoalan politik sehingga tentu pelakunya adalah orang-orang politik. Pakar B menduga pelakunya adalah yang “itu-itu” saja dan motif yan “itu-itu” juga.
Hingga dalam kondisi serba gelap gulita kita sepakat untuk menduga pelaku kejahatan tersebut adalah teroris. Meski harus masih menduga-duga kelompok teroris mana. Maka dari situlah judul tulisan ini berangkat. Indonesia dimata teroris, teroris nya itu masih dugaan. Iya kalau betul pelaku pemboman tersebut adalah teroris, bagaimana kalau ternyata pelakunya hanya seorang psikopat yang hobynya bikin chaos dimana-mana. Atau justru pelakunya pihak keamanan Indonesia yang pura-pura jadi tetoris. Soalnya segala macam dugaan itu sampai sekarang masih berbentuk omong kosong alias nihil.
Itu baru masih soal judul yang ternyata terdiri dari beberapa variable duagaan. Belum soal isi tulisan ini, tentu saja dugaan semakin menjadi-jadi.
Kalau benar, pelaku dari sekian rentetan bom yang menggoncang Indonesia adalah teroris yang di duga itu, termasuk bom yang baru meledak kemaren, yang di duga bom bunuh diri, meledak di masjid komplek mapolres cirebon yang menurut kepala BIN di duga pelakunya adalah pemain lama. Meski kita juga harus masih capek menduga-duga yang di maksud pemain lama oleh kepapla BIN itu tepatnya siapa, apakah pemain lama, DR azhari, Noordin M top, Ba’asyir, ataukan pemain lama bima sakti yang sekarang masih merumput di kesebelasan Persema?
Maka saya menduga Indonesia tampak seperti orang buta yang kehilangan tongkat di mata para teroris tersebut.
Ah nampaknya kurang sadis. Mungkin lebih tampak seperti bocah autis yang dungu yang demikian gampang dikibuli ditempelengi lalu diludahi mukanya dengan perasaan jijik.
Atau saya menduga, para tetoris tersebut berkata begini, hai Indonesia, mampus kalian, inilah hasil reformasi yang kalian bangga-banggakan itu. Lalu teroris lainya menyambut, hai Indonesia, kalau kalian hendak aman dari gangguan teroris, silahkan gali makam Suharto lalu jadikan dia kembali jadi presiden.
Pokoknya berbagai macam dugaan yang intinya Indonesia tampak sebagai sebuah Negara yang pemimpinya tampak seperti binatang tua yang kerjanya cuma tidur, penegak hukumnya tampak seperti robot yang kehabisan batere jadi tidak berfungsi, dan rakyatnya tampak seperti manusia terhipnotis dengan wajah bloon dan lugu. Tapi setidaknya dari ketiga komponen Negara tersebut yang tampak masih sebagai manusia ya rakyat.
Tapi itu masih dugaan saya. Kan pelaku pengeboman juga sampai sekarang masih dugaan. Jadi marilah kita menduga-duga sesuka hati sebelum menduga itu di larang dan di duga menjadi sebuah tindakan kejahatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H