Mohon tunggu...
Melihatketimur
Melihatketimur Mohon Tunggu... Human Resources - Adalah pergerakan mencerdakan kehidupan bangsa

Sebagian Hidup Adalah pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemesraan di Tanjung Wiriana

13 Desember 2019   12:40 Diperbarui: 13 Desember 2019   12:48 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanjung Wiriana, Sorong Selatan, Papua Barat

Alam yang masih asri bersanding mesra dengan tradisi yang terjaga hingga kini. Hutan mangrove dan muara sungai menjadi tumpuan berlangsungnya kehidupan yang selaras dengan alam. Distrik Inanwatan menyambut hening setiap manusia yang datang dan pergi penuh kemesraan.

Pagi itu longboat melaju lancar menuju inanwatan, Sorong Selatan, Papua Barat. dentuman ombak menendang yang bergoyang goyang, sementara yang lainnya mencoba lari dari kebosanan dengan lamunan. saya sendiri tiba-tiba berfikir jauh sambal menatap lamunan mereka dan mendeskrisikan sebuah catatan perjalanan. ini beberapa kali saya ke inanwatan dengan tujuan pekerjaan dan jalan-jalan.

Kondisi penangkapan Perikanan di Perairan Sorong Selatan
Kondisi penangkapan Perikanan di Perairan Sorong Selatan

Sekitar 3 jam perjalanan, Tiba-tiba longboat melambat. Teryata kami pun sampai di Tanjung Wiriana, tepanya di Lokasi penangkapan nelayan setempat. teryata kedatangan kami sudah ditunggu oleh nelayan yang melakukan penangkapan. Nah, hal berbeda terlihat dari setiap sudut lain kehidupan. Dibalik Komposisi ekosistem mangrove membentuk keistimewaan alam, Disana ada banyak nelayan bercumbu dengan jaring mereka.

Namun teryata bukan hanya sumberdaya alam melimpah, tetapi juga sebuah kemesraan terjadi. kemesraan yang terekam terang di bawah panasnya terik matahari, sesaat estetika indah tersaji. Saat sedang memandang luas, sekejap melihat dua orang nelayan yang tidak asing di mata. Mereka pak yesafat, beliau merupakan nelayan udang dan ikan yang berasal dari kampung terdekat.

Saat itu, pak yesa sedang berbagi tugas dengan sang maitua (istri). Beliau menjadikan Tanjung Wiriana untuk keberlangsungan hidup keluarga. Terlihat dari kejauhan senyum manis pak yesa, tatapan kuat dan lekat, seperti cinta mereka berdua. Tak ada keluh kesah, hanya terlihat saling menguatkan dan saling melengkapi satu sama lain.

Kami selalu menangkap ikan berdua, Ujar nya

Tak ada bentuk romantis seperti mengandeng tangan, merangkul dan bertatapan satu sama lain seperti dalam sebuah drama.  Romantis mereka berbeda, berbeda dari apa yang disajikan dalam kehidupan nyata. hanya terlihat kemesraan sederhana, bermadu dalam perahu, bersama mengangkat jaring-jaring harapan sebagai usaha menopang keluarga. Sang istri terlihat sedang melakukan hal yang sama seperti dengan apa yang di lakukan oleh Pak Yesa. Semua kegiatan dilakukan Bersama-sama. Inilah romantisme keluarga Yesafat, mereka bukan hanya menjalani kehidupan social, tetapi juga bersama menata romantisme kehidupan.

Beberapa jam berada di tengah-tengah keharmonisan nelayan sudah banyak kenyataan menjadi pengalaman yang tak ternilai harganya. Sosial dan budaya berbalut kuat dengan ekosistemnya menginspirasi pada setiap pengunjung, khususnya saya untuk selalu menjaga alam, sosial dan cinta agar tetap sebagaimana mestinya. Semoga Pak Yesa dan nelayan lainnya di Tanjung Wiriana dapat selalu bernostalgia dalam kondisi alam yang terjaga . Tanjung Wiriana memang penuh kemesraan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun