Kurangnya Kesadaran dan perhatian orang tua tentang pendidikan keluarga, khususnya kepada anak –anak telah menimbulkan sebuah celah. Hal tersebut diperparah dengan belum mampunya pemerintah menyalurkan sistem pendidikan yang kuat yang berdampak positif terhadap motivasi, mental dan karakter anak, khususnya di daerah pedalaman Papua Barat. Maka dengan sistem pengabdian tanpa batas, melihat ke Timur yang merupakan pergerakan literasi sukarelawan bergerak mendatangkan mentor ke daerah tertinggal untuk mengaplikasikan tindakan dan perkataan dalam lingkungan belajar langsung di alam.
Sekolah alam ini bernama Sekolah Mimpi Pesisir, bertempat di Rumah Kayu Indonesia (RKI) Kampung Sidomakmur, Kabupaten Teluk Bintuni, Provinsi Papua Barat.
Bermula dari identifikasi permasalahan oleh Mansyur (MelihatkeTimur), salah satu pengagas Sekolah Mimpi Pesisir. Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan seringkali menjadi hambatan. Kemampuan baca-tulis, teknologi, dan finansial pun masih minim akibat kualitas pendidikan yang kurang baik dan keterbatsan akses informasi.
Menurut Mansur, anak-anak RKI tersisih dari lingkungan yang kompetitif dalam hal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Banyaknya permasalahan yang masih terlihat jelas, tentu ini bukan menjadi tanggung jawab pemerintah saja. Celah pendidikan tersebut harusnya juga diisi oleh pengabdi muda Indonesia.
Kelas mimpi Melihat ke Timur fokus pada aspek kebutuhan penunjang pendidikan formal. Dengan adanya kelas mimpi tersebut, kegiatan pembelajaran di luar sekolah diharapkan dapat mendukung pendidikan formal. Untuk mencapai visi dan misi Melihat ke Timur mencoba membuat pelaksanaan program dengan tujuan pembentukan karakter, budi pekerti dan kinerja yang penting ke dapan nanti.
Menurut Mansyur, Melihat ke Timur merupakan penguatan pada pengembangan bakat dengan cara penggalian potensi, kebaikan sosial (bertutur kata dan adaptasi lingkungan), penumbuhan minat dan sambil mengeksplorasi alam. Pemupukan semangat mempelajari Bahasa Inggris dan penguasaan pengetahuan agar mereka bisa berkompetisi.
Metode yang dikembangkan dari gabungan beberapa metode yang ada, implementasi dengan pendekatan dialektis dan cenderung dinamis sesuai dengan kebutuhan pengajaran. Bukan hanya berpatokan pada sistem dinamis, tetapi juga dengn menggabungkan pendidikan umum dan praktis. Waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu, sabtu dan minggu, setiap Sore pukul 16:00 WIT dengan menghadirkan pemateri yang ada di sekitar untuk berbagi ilmu.
Menurut Ehd, memfasiltasi mentor baru untuk melanjutkan kegiatan menjadi salah satu misi dari Melihat ke Timur. Pengabdian tidak akan lama, perlu sistem pembelajaran yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Kondisi Kelas Mimpi di RKI saat ini terlaksana seadanya tanpa sarana prasarana pendukung. Bukan hanya itu, untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dilakukan pada lingkungan kosong di sudut kampung RKI. Beberapa kebutuhan buku, alat tulis, papan tulis dan spidol untuk 20 siswa masih diusahakan.
Program ini diharapkan berjalan lancar dan mendapat respon positif dari aparat dan warga kampung Sidomakmur.
Tulisan Dari